Minggu, 23 Oktober 2016

MEMBUNUH POTENSI BERBUAT DOSA


1 Tesalonika 4:7-8
7 Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus.
8 Karena itu siapa yang menolak ini bukanlah menolak manusia, melainkan menolak Allah yang telah memberikan juga Roh-Nya yang kudus kepada kamu.

Paulus menasehati jemaat Tesalonika agar mereka lebih bersungguh-sungguh lagi melaksanakan hidup yang kudus, berkenan kepada Tuhan, menolak panggilan ini berarti mereka menolak Tuhan.
Ketika setiap kali kita memohon ampun kepada Tuhan atas sesuatu yang dirasakan sebagai suatu kesalahan, maka yang harus dipersoalkan bukan hanya suatu kesalahan yang telah dilakukan tetapi juga keadaan diri yang masih bisa berbuat salah seperti (ketidaktulusan, iri hati, kesombongan terselubung, kebohongan kecil, keramahtamahan yang dibuat-buat, munafik dan lain sebagainya).
Jadi untuk mencapai hidup kudus dan berkenan dihadapan Tuhan kita harus bergumul dengan sangat serius, meminta pimpinan Roh Kudus setiap hari agar kita peka dan dimampukan membuang dan merobohkan potensi diri yang masih bisa untuk berbuat dosa. Memang hal ini adalah hal yang mustahil bagi manusia, tetapi bagi Allah tidak ada yang mustahil (Lukas 1:37).
Jika setiap anak Tuhan meresponi panggilan hidup kudus dihadapan Tuhan maka Roh Tuhan akan senantiasa membimbing mereka yang benar-benar serius mengasihi Tuhan dan memberi diri hidup sesuai dengan panggilan Tuhan ini.
Memang demikian seharusnya orang percaya harus hidup dihadapan Tuhan.

Kesucian hidup dihadapan Tuhan bukan hanya tindakan yang bertentangan dengan kehendak Allah, tetapi keberadaan atau level yang belum seperti yang Tuhan kehendaki. Level itu adalah semakin serupa dengan Tuhan Yesus, hidup seperti Dia hidup.
Kematian Tuhan Yesus di kayu salib menyelesaikan semua akibat dosa yang dilakukan seseorang, tetapi tidak menyelesaikan potensi dosa (hamartia, kemelesetan dari kehendak Allah).
Semua akibat dosa memang telah dipikul Tuhan Yesus.
Tuhan menyelesaikan dengan sempurna di kayu salib, tetapi untuk potensi berbuat dosa kembali dalam kehidupan orang percaya, itu merupakan pilihan dan tanggung jawab masing-masing individu.
Orang yang terpanggil untuk berusaha menyelenggarakan hidup kudus dihadapan Tuhan maka oleh pertolongan Roh Kudus, ia akan di tuntun oleh-Nya kepada segala jalan kebenaran-Nya.
Roh Kudus dihadirkan Tuhan untuk mendidik orang percaya menyelesaikan masalah potensi untuk berbuat dosa, mengikisnya dan membuang semua potensi dosa dalam diri setiap orang percaya untuk kemudian bisa berpikir dan berperasaan seperti Tuhan Yesus, kudus seperti Dia kudus, inilah yang disebut sebagai mengerjakan keselamatan dengan takut dan gentar (Filipi 2:12).
Berpikir dan berperasaan seperti Tuhan Yesus berarti tidak memberi celah sedikit pun terhadap suatu kesalahan baik dari dalam sikap hati maupun perkataan dan perbuatan.
Tuhan Yesus memiliki kesucian yang sangat kokoh, yang akhirnya terbukti ketika Ia taat sampai mati bahkan mati di kayu salib tanpa ada persungutan sedikitpun.
Kekokohan kesucian seperti inilah yang harus dicapai oleh setiap orang percaya. Kita harus merindukan hal ini lebih dari segala hal.
Dengan pengertian ini seseorang akan memahami apa artinya mengalami kehausan dan kelaparan akan kebenaran. Haus dan lapar akan kebenaran di sini maksudnya benar-benar merindukan suatu kehidupan yang mencapai level yang Tuhan Yesus kehendaki atau yang berkenan kepada Allah.
Orang percaya yang demikian ini tidak akan berusaha membangun alasan untuk tidak bisa membangun kehidupan yang kudus dan berkenan dihadapan Tuhan. Baginya kesalahan adalah kesalahan dan itu adalah dosa, tidak ada alasan untuk membelanya dan memakluminya.
Orang seperti ini tidak akan berusaha untuk memiliki nilai diri di hadapan manusia, tetapi ia berusaha untuk mendapat penilaian yang benar di mata Tuhan (2 Korintus 5:9-10).
Dari hal inilah seseorang membangun manusia batiniah yang cemerlang di hadapan Allah.
Inilah usaha untuk mengumpulkan harta di Sorga seperti yang dikemukakan Tuhan Yesus dalam Matius 6:19-20.

Tuhan Yesus akan menuntun kita agar kita menjadi anak-anak yang sah (huios) yang berkeadaan seperti diri-Nya (Ibrani 12:4-9), yang akhirnya kita bisa mengambil bagian dalam kekudusan-Nya (Ibrani 12:9).
Hal inilah yang dimaksudkan oleh Yohanes “supaya mereka menjadi anak-anak Allah”.
Seseorang tidak akan dapat disebut sebagai anak-anak Allah kalau tidak mengambil bagian dalam kekudusan Allah.
Petrus mengkalimatkan hal ini dengan kalimat “mengambil bagian dalam kodrat Ilahi” (2 Petrus1:3-4).
Seseorang dapat disebut sebagai anak-anak Allah kalau mengenakan kodrat Ilahi, luput dari hawa nafsu dunia yang membinasakan.
Setiap kali kita melakukan suatu kesalahan, kita disadarkan bahwa kita masih memiliki “kodrat manusia” yang memuat hawa nafsu dunia yang membinasakan.
Olehnya kita harus memiliki tekad yang kuat untuk masuk kedalam perlombaan yang diwajibkan yaitu membawa hidup semakin serupa dengan Tuhan Yesus.
Perlombaan ini haruslah menjadi satu-satunya kesibukan hidup yang menyita seluruh perhatian dan energi kita.
Hal inilah yang akan mengikis dan membunuh potensi dosa yang ada didalam diri kita.
Inilah persiapan kita masuk kedalam pesta perjamuan kawin Anak Domba, dimana kita sudah berpakaian pesta lengkap dan bersih tanpa bernoda.
Inilah proyek kehidupan yang bisa berdampak kepada kekekalan.
Perlombaan ini hanya dialami oleh orang-orang yang hidupnya memiliki gairah meresponi panggilan Tuhan untuk menyelenggarakan hidup kudus dan berkenan dihadapan-Nya serta dapat menularkannya kepada orang lain, tentu saja mereka kelak akan dimuliakan bersama-sama dengan Tuhan Yesus didalam kerajaan-Nya, yaitu kerajaan kekal yang tidak akan pernah berkesudahan.

1 Petrus 2:21-22
21 Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristus pun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya.
22 Ia tidak berbuat dosa, dan tipu tidak ada dalam mulut-Nya.

Amin.

Sabtu, 22 Oktober 2016

SEMUA HARI ADALAH BAIK


Shallom dan selamat pagi,

"Inilah hari yg dijadikan Tuhan, marilah kita bersorak sorak dan bersukacitalah karenanya!"
Mazmur 118:24

Semua hari adalah baik.

Hari yg baik, minggu yg baik, bulan yg baik atau tahun yg baik, ditentukan oleh sikap hati dan hidup kita.

Mac Anderson dlm bukunya THE NATURE OF SUCCESS, menulis :

"Perbedaan antara sukses dan gagal bukan terletak pada penampilan atau gaya, bukan juga pada pakaian dan bukan pula pada seberapa tinggi tingkat pendidikan anda, tetapi TERLETAK PADA POLA PIKIR ANDA."

Apa yg ada di hati dan pikiran kita akan menciptakan hari2 yg akan kita lalui.

Jika hati kita gembira, maka hari itu berubah menjadi hari yg bahagia.

Sebaliknya jika kita memulai hari dengan bersungut, mengeluh, marah2 maka hari itu berubah menjadi hari putus asa, stress dan penuh penderitaan.

Kitalah sebenarnya yg punya andil menentukan hari itu baik atau malang!

Setiap hari adalah pemberian Tuhan, cara kita mengisinya itulah yg menentukan nasib kita sekarang dan dalam kekekalan.

TIDAK ADA HARI BAIK, NAMUN YG ADA ADALAH TUHAN YG BAIK!

Renungkan dan jadilah bijak.

Selamat beraktifitas, tetap semangat dan salam sukses.

Tuhan Yesus memberkati!

Jumat, 21 Oktober 2016

TUHAN MEMEGANG HARI ESOK


Shallom dan selamat pagi,

"Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang."
Amsal 23:18

Hari esok adalah misteri.

Banyak orang ingin tahu apa yg akan terjadi dlm hidupnya pada hari esok.

Itulah sebabnya ada orang yg bertanya kepada peramal, dukun dan para normal.

Perlukah kita mengetahui hari esok?

Disamping kita tidak akan pernah mendapat jawabannya, kita akan masuk perangkap iblis.

Ketidak tahuan kita akan hari esok bukanlah sesuatu yg perlu kita kuatirkan.

Seharusnya kita yakin bahwa kita memiliki Tuhan yg bertanggung jawab untuk hari esok kita.

RancanganNya atas hidup kita dihari esok tetaplah rancangan damai sejahtera yg memberikan kita hari depan yg penuh harapan.

Kita harus paham bahwa :"Kemuliaan Allah ialah merahasiakan sesuatu."
Amsal 25:2

Jadi berikanlah KEMULIAAN itu kepada Tuhan dengan belajar mempercayakan hidup kita dihari esok kepadaNya.

Bukankah sejak dari kandungan ibu kita, Tuhan telah dan tetap memelihara kita, bahkan sampai hari ini.

APA LAGI YG KITA TAKUTKAN TENTANG HARI ESOK?

Pegang janjiNya : AKU ADALAH ALFA DAN OMEGA", YANG AWAL DAN YANG AKHIR.

Renungkan dan jadilah bijak.

Selamat beraktifitas, tetap semangat dan salam sukses.

Tuhan Yesus memberkati!

Kamis, 20 Oktober 2016

SEGALA PERKARA DAPAT KU TANGGUNG DIDALAM KRISTUS


"Ada waktu untuk menangis, ada waktu untuk tertawa; ada waktu untuk meratap, ada waktu untuk menari."
Pengkhotbah 3:4

Ada orang berpikir, jika benar Tuhan yg mengendalikan segala sesuatu, mengapa hal2 yg buruk tetap terjadi juga dalam dunia ini?

Mengapa Tuhan membiarkan penderitaan menimpa hidup kita?

Penderitaan bisa menimpa siapa saja hanya kadarnya yg berbeda.

Ayub adalah seorang yg saleh dimata Tuhan.

Ia melakukan segala sesuatu seperti yg Tuhan perintahkan.

Suatu hari ia kehilangan segalanya, semua anak2nya, harta bendanya dan bahkan kesehatannya.

Tragedi yg menimpa hidup Ayub menjadi pelajaran yg sangat berharga bagi kita.

Luar biasanya Ayub, dalam penderitaan yg hebat itu, tidak sekalipun Ayub menyalahkan Tuhan.

Ia tidak marah kepada Tuhan, apalagi mengutuki Tuhan.

Malah sebaliknya, ia sangat mempercayai Tuhan.

Ayub menerima semua peristiwa pahit itu,ia merendahkan diri dan menyembah Tuhan.

Ayub mengajarkan kepada kita tidak ada penderitaan yg terlalu berat untuk ditanggung oleh orang yg mempercayakan hidupnya kepada Tuhan.

Selalu ada kekuatan dan ada jalan keluar atas setiap masalah kita.

Kita akan menemukan pengalaman2 yg indah bersama Tuhan saat kita melewati semuanya itu.

Dan pada akhirnya kita akan berkata :
"Segala perkara dapat kutanggung didalam Dia yg memberi kekuatan kepadaku."
Filipi 4:13

Renungkan dan jadilah bijak.

Selamat beraktifitas, tetap semangat dan salam sukses.

Tuhan Yesus memberkati!

Rabu, 19 Oktober 2016

PANGGILAN MENJADI PRAJURIT KRISTUS


2 Timotius 2:3-4
3 Ikutlah menderita sebagai seorang prajurit yang baik dari Kristus Yesus.
4 Seorang prajurit yang sedang berjuang tidak memusingkan dirinya dengan soal-soal penghidupannya, supaya dengan demikian ia berkenan kepada komandannya.

Dalam suratnya, Paulus menasehati Timotius untuk menjadi prajurit yang baik yang berjuang hidup bagi kepentingan Kristus.
Prajurit artinya orang yang bertugas sebagai abdi suatu negara atau kerajaan untuk membela kepentingan suatu negara atau kerajaan dalam peperangan.
Orang percaya yang hidupnya memilih Tuhan, ia akan  di didik dan di dewasakan sampai pada taraf dapat dipercayai Tuhan menjadi prajurit-Nya.
Tentu saja menjadi prajurit Kristus merupakan panggilan yang harus diresponi oleh setiap umat pilihan, bagi yang tidak dengan segenap hati meresponnya maka ia bukan termasuk prajurit Kristus yang berkenan kepada komandannya.
Orang yang menjadi prajurit Kristus memiliki kesadaran bahwa dirinya adalah prajurit Tuhan dan berusaha untuk menemukan tempat untuk berjuang bagi kepentingan-Nya dengan pertaruhan yang tidak terbatas.
Ciri prajurit yang baik adalah setiap waktu selalu ada di dalam perjuangan melakukan kehendak Tuhan, hidup didalam rencana-Nya dan tidak memusingkan dirinya dengan soal-soal penghidupannya, serta berusaha untuk bisa berkenan kepada komandannya (2 Timotius 2:4).
Pertanyaan pertama yang kita ajukan kepada diri sendiri adalah perjuangan apakah yang sedang kita lakukan sekarang?
Apakah kita sedang berjuang dalam perjuangan untuk kepentingan Kerajaan Allah atau tidak?
Betapa terhormat dan membanggakan kalau kita mengerti dan dipercayai Bapa untuk mengabdikan diri kita berjuang demi kepentingan Kerajaan Bapa di Sorga.
Tetapi sayang sekali, sangat sedikit orang mau menerima panggilan terhormat ini.

Dalam Lukas 14:15-26 Tuhan mengemukakan perumpamaan tentang orang-orang yang suka berdalih dan banyak alasan, dalam perumpamaan ini Tuhan Yesus hendak membongkar kepalsuan orang-orang yang merasa dirinya adalah umat Allah, tetapi sesungguhnya tidak memberi respons yang sepadan dengan keumatan yang sejati.
Umat pilihan yang diumpamakan sebagai para undangan yang seharusnya orang yang wajib pertama kali menghadiri undangan dari Tuhan ternyata memberikan respons yang mengecewakan terhadap Tuan Rumah yang telah mengundangnya, mereka berdalih dengan kesibukan dan segala keperluan kepentingan pribadinya.
Pada umumnya orang-orang yang suka berdalih seperti ini berjuang hanya untuk kepentingan kerajaannya sendiri.
Kalau adapun yang ia perjuangkan untuk kepentingan pekerjaan Tuhan atau Kerajaan Allah, mereka hanya memberikan dukungan ala kadarnya.
Orang-orang seperti ini bukanlah prajurit Kristus yang sejati tetapi penonton atau supporter yang berdiri di wilayah abu-abu.

Seharusnya semua orang percaya hanya hidup untuk kepentingan Kerajaan Allah (2 Korintus 5:15), sebab seseorang yang ditebus oleh darah Tuhan Yesus harus terlibat dalam perjuangan bagi kepentingan Kerajaan Allah.
Orang percaya yang memilih Tuhan dan berdiri dipihak-Nya pasti selalu sedang ada dalam perjuangan bagi kepentingan Kerajaan Allah.
Harus dicatat dalam hal ini bahwa tidak pernah ada “genjatan sejata” melawan kuasa kegelapan, sebab selama bumi berputar dimana iblis belum dihukum selalu ada peperangan melawan oknum ini.
Kalau seseorang tidak sedang berjuang untuk kepentingan Kerajaan Allah berarti ia sedang ada dalam posisi di luar jalur.
Tentu orang yang diluar jalur ini adalah orang-orang yang sama artinya berdiri dipihak oknum si jahat yaitu iblis.
Dalam kehidupan orang percaya tidak ada wilayah dimana kita tidak hidup untuk kepentingan Kerajaan Allah.
Firman Tuhan berkata: “Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah” (1 Korintus 10:31).
Dalam ayat ini Paulus hendak mengajak orang Kristen di Korintus, untuk tidak hidup dalam perjuangan yang mementingkan diri sendiri, tetapi sebaliknya Paulus mengajak umat untuk berjuang dan memperdulikan kepentingan sesamanya yang semuanya itu dalam segala sesuatu dilakukan bagi kemuliaan Allah.

Pernyataan Paulus ini juga harus mendapatkan perhatian kita, orang-orang Kristen yang hidup diakhir zaman ini. Sebagai prajurit Kristus yang sejati kita harus mengorbankan kepentingan diri kita untuk kepentingan Tuhan dan Kerajaan-Nya agar kita terus berkenan kepada Komandan Agung kita Tuhan Yesus Kristus.
Hidup seperti demikianlah yang Paulus inginkan dilakukan jemaat Tuhan di Korintus dan semua umat Kristen dimasa ini sehingga hidup kita sebagai prajurit Kristus dapat menjadi berkat bagi banyak orang.
Sebagai laskar-laskar Kristus yang sejati hendaknya kita tidak lagi hidup untuk diri sendiri tetapi hidup untuk Kristus yang telah mati bagi kita, hanya untuk Dia lah kita mengabdikan hidup ini dengan tiada batas.

Roma 14:8  Sebab jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, dan jika kita mati, kita mati untuk Tuhan. Jadi baik hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan.

Amin.

Selasa, 18 Oktober 2016

TETAP BERINTEGRITAS SEBAGAI ANAK-ANAK ALLAH


Lukas 17:26-27
26 Dan sama seperti terjadi pada zaman Nuh, demikian pulalah halnya kelak pada hari-hari Anak Manusia:
27 mereka makan dan minum, mereka kawin dan dikawinkan, sampai kepada hari Nuh masuk ke dalam bahtera, lalu datanglah air bah dan membinasakan mereka semua.

Integritas hidup sebagai anak-anak Allah hendak menunjuk keutuhan dan konsistensi irama hidup yang dalam segala tindakan seseorang tetap memegang prinsip-prinsip kebenaran Injil yang Tuhan Yesus ajarkan.
Dalam integritas ini terkandung makna keteguhan hati yang tidak tergoyahkan untuk hidup sesuai dengan kekudusan, kebenaran dalam perilaku sikap hati, perkataan dan perbuatan seperti yang telah diperagakan oleh Tuhan Yesus.
Dalam pengajaran-Nya, Tuhan Yesus menyinggung nama Nuh.
Ia mengungkapkan bahwa hari-hari kedatangan-Nya kelak sama seperti pada zaman Nuh: manusia makan dan minum, kawin dan dikawinkan, sampai kepada hari Nuh masuk ke dalam bahtera, lalu datanglah air bah dan membinasakan mereka semua.
Dalam pernyataan Yesus di sini ada dua hal yang ingin disampaikan-Nya.

Pertama, Ia hendak menunjukkan bahwa keadaan dunia sebelum berakhir adalah keadaan dunia yang manusianya sama seperti keadaan dunia pada zaman Nuh. Manusia sibuk dengan segala kegiatan rutin menyangkut pemenuhan kebutuhan jasmaninya, sampai tidak sadar bahwa dunia akan berakhir.
Karena sudah hanyut dengan berbagai rutinitas kehidupan untuk mencari kepuasan duniawi, maka banyak orang tidak sadar kalau umur mereka berjalan terus sampai kepada titik akhir.
Akhirnya mereka terhilang dalam kegelapan abadi.

Kedua, Tuhan menghendaki agar kita tetap teguh dalam integritas seperti Nuh. Sekalipun dunia sekitarnya tidak mengerti “dunia Nuh”, tetapi ia tetap pada jalur yang dikehendaki Tuhan untuk dijalaninya.
Tuhan menghendaki setiap umat pilihan tidak terpengaruh oleh lingkungannya, dan tidak turut hanyut dengan pola rutinitas dunia sekitarnya, ia tetap pada integritas sebagai anak-anak Allah yang menyembah Bapa dalam Roh dan Kebenaran, segala tindakannya setiap waktu selalu ada dalam penurutan terhadap kehendak Tuhan, didalam hidupnya selalu ada dalam pemerintahan Tuhan Yesus yang memerintah sebagai Tuhan dan Raja atas hidupnya.

Setelah mengatakan tentang keadaan dunia akhir zaman yang seperti di zaman Nuh, Tuhan Yesus juga menceritakan perumpamaan mengenai janda yang ngotot agar permintaannya diluluskan oleh hakim yang lalim (Lukas 18:1–8).
Yang Tuhan Yesus ajarkan dalam perumpamaan ini adalah kita harus menjaga integritas yaitu : gigih dalam memperjuangkan segala sesuatu yang ditujukan bagi kepentingan dan kemuliaan Tuhan, dan terus setia kepada Tuhan sekalipun dalam keadaan sulit dan mustahil, seperti saat si janda menghadapi hakim yang lalim itu.
Olehnya diakhir perumpaan ini Tuhan Yesus berfirman, “Jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia mendapati iman di bumi?” (Lukas 18:8).
Iman seperti apa yang ingin Tuhan Yesus dapatkan di bumi pada waktu kedatangan-Nya? Tentu iman yang murni, yaitu kehidupan anak Tuhan yang melakukan kehendak-Nya dengan berintegritas seperti Nuh, yang tetap setia hidup dalam kebenaran-Nya walau dunia sekitarnya  menawarkan pengaruh yang jahat untuk menarik supaya melakukan perbuatan daging yang berujung dosa.

Dikatakan Anak Tuhan yang beriman adalah jika ia tetap dalam integritasnnya sebagai anak-anak Tuhan yang senantiasa hidup dalam segala penurutan segala kehendak Tuhan, tetap memegang prinsip-prinsip kebenaran hidup yang Tuhan Yesus ajarkan, selalu setia memikul beban memikirkan dan mengerjakan perkara-perkara diatas, menanamkan hatinya didalam kerajaan sorga, sekalipun dunia sekitarnya menawarkan kesempatan untuk meraih kesenangan-kesenangan hidup sebanyak-banyaknya untuk kepuasan diri yang setiap saat bisa mendesaknya supaya mengikuti pola arus hidup yang berasal dari dalam dunia ini.

2 Timotius 3:14-15
14 Tetapi hendaklah engkau tetap berpegang pada kebenaran yang telah engkau terima dan engkau yakini, dengan selalu mengingat orang yang telah mengajarkannya kepadamu.
15 Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus.

Amin.

Senin, 17 Oktober 2016

MENGENAL ARTI PENTING MELAKUKAN KEHENDAK BAPA


Matius 7:21-23
21 Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.
22 Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga?
23 Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!"

Mengakuan orang percaya bahwa Tuhan Yesus adalah Tuhan pemilik kehidupan, haruslah disertai dengan kehidupan yang melakukan kehendak Bapa sebab seorang yang tidak melakukan kehendak Bapa berarti belum menerima Yesus sebagai Tuhan. 
Orang-orang yang tidak melakukan kehendak Bapa akan di tolak oleh Tuhan Yesus dengan tidak memandang bulu apakah ia adalah orang yang sudah bernubuat, mengusir setan dan mengadakan mujizat demi nama-Nya. 
Jika Tuhan tidak menemukan ia melakukan kehendak Bapa dengan bertekun maka ia adalah orang-orang yang akan tertolak dan dihukum bersama-sama dengan iblis.

Dalam Yohanes 4:34, Tuhan Yesus mengajar kepada kita melakukan kehendak Bapa adalah sebagai irama hidup orang percaya yang tidak boleh berhenti sampai kapanpun.
Dalam pernyataan-Nya Tuhan Yesus mengemukakan rahasia tersebut: “Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya. 
Inilah cara yang benar untuk menyukakan hati-Nya. 
Melakukan kehendak Bapa ini adalah hal yang sangat mutlak, sebab hanya orang yang melakukan kehendak Bapa yang dikenal oleh Tuhan Yesus dan diperkenan masuk ke dalam Kerajaan Allah sebagai anggota keluarga-Nya. 
Mereka adalah orang-orang yang menjadi mempelai dan kekasih Tuhan Yesus, dipermuliakan bersama-sama dengan Tuhan Yesus di dalam kerajaan-Nya.

Masalahnya adalah apa yang dimaksud dengan kehendak Bapa itu? Kehendak Bapa lebih dari sekadar melakukan hukum-hukum, tidak cukup pergi ke gereja seminggu sekali, tidak cukup membayar perpuluhan tiap bulan, tidak cukup hanya menjadi orang yang baik ( Matius 19:16-26).
Kehendak Bapa adalah segala sesuatu yang Bapa inginkan untuk dilakukan oleh seseorang setiap hari, baik yang sudah termuat didalam Injil pengajaran Tuhan Yesus maupun melalui pimpinan kehendak Roh Kudus setiap hari.   
Kehendak Bapa dalam kehidupan masing-masing orang itu berbeda-beda, karena masing-masing orang memiliki keberadaan yang berbeda dan rancangan Allah yang berbeda-beda pula sesuai dengan kehendak-Nya. 
Olehnya masing-masing orang harus senantiasa bertekun menggali kebenaran Injil secara memadai setiap hari dan menyediakan waktu khusus untuk bertemu dengan Tuhan secara pribadi guna bergumul untuk menemukan rencana dan kehendak Bapa untuk dilakukan didalam hidupnya.
Kehendak Bapa harus ditemukan setiap hari dan dilakukan setiap hari sebagai makanan pokok dan menu utama sehari-hari dan hal ini mutlak harus dapat kita penuhi. 
Inilah orang-orang yang memiliki hubungan yang eksklusif yang selalu berjalan dengan Tuhan dan menjadi sahabat-Nya.
Orang-orang yang melakukan kehendak Bapa adalah orang-orang yang dalam seluruh tindakannya sepikiran dengan Tuhan Yesus.

Dalam Yohanes 4:34 kata "makanan-Ku" dalam teks aslinya adalah broma yang bisa berarti (makanan utama atau makanan padat), bukan semacam makanan ringan. 
Melakukan kehendak Allah Bapa adalah segalanya (bukan kegiatan sampingan), mutlak harus dilakukan sampai seseorang yakin atau sadar bahwa dirinya pantas mendapat pujian dari Tuhan sebagai anak yang berkenan kepada-Nya.
Melakukan kehendak Bapa harus didasari pada kecintaan yang tulus kepada-Nya. Bukan karena mendapat upah atau jasa. Bila kita melakukan segala sesuatu karena upah berarti sebenarnya kita belum mengasihi Tuhan dengan segenap hati. 
Melakukan kehendak Bapa harus menjadi kodrat atau nature diri yang mendorong dari dalam diri kita sebagai kebutuhan, seperti makan dan minum. 
Setelah melakukan kehendak Bapa, bagian kedua yang terpenting adalah menyelesaikan pekerjaan-Nya dengan sempurna, ini juga merupakan bagian terpenting yang harus selalu kita lakukan untuk memuaskan hati Bapa. 
Berkenaan mengenai pekerjaan Bapa yang harus kita lakukan dan harus kita selesaikan ini, maka dalam hal ini dapat dibagi beberapa dimensi antara lain :

Dimensi pertama, menyelamatkan orang-orang yang belum mengenal kebenaran Injil Kristus.
Kita harus dapat menampilkan kehidupan yang bisa menampilkan kasih Kristus, kepedulian terhadap sesama dan memperkenalkan pribadi Kristus dengan menjadi surat terbuka ditengah-tengah kehidupan mereka.
Kedua, menyelamatkan orang percaya yang sudah mendengar Injil namun masih menggelar hidup didalam kegelapan. Mereka harus diupayakan untuk menjadi orang suci dan saleh seperti Tuhan Yesus. Kasalehan dapat mensahkan mereka sebagai anak-anak Allah yang layak disebut sebagai mempelai Kristus yang tidak bercacat dan tidak bernoda. 
Untuk itu kita harus memberitakan Injil sampai ke ujung bumi guna menemukan umat pilihan yang dapat diajak dan diajarkan menjadi murid Tuhan Yesus yang berkarakter seperti Kristus.
Hal inilah yang dimaksud oleh Petrus orang percaya dapat mempercepat kedatangan Tuhan Yesus (2 Petrus 3:11-13).
Setelah jumlah orang-orang saleh seperti Tuhan Yesus yang tidak mengasihi nyawanya genap jumlahnya atau cukup atau memenuhi kuota, maka iblis dapat dihukum (Wahyu 12:11 ; Wahyu 6:10-11), inilah akhir dari pertualangan pekerjaan iblis dibumi ini, kekalahan iblis ini berarti juga berakhirnya sejarah dunia melalui kedatangan Tuhan Yesus Kristus yang kedua.

Dengan demikian dalam Matius 7:21-23 dapatlah dirumuskan bahwa orang yang disebut percaya kepada Tuhan Yesus adalah orang yang hidupnya bertekun melakukan kehendak Bapa. 
Bukanlah keselamatan jika tidak melakukan kehendak Bapa. 
Dalam hal ini keselamatan dapat terealisir dalam kehidupan manusia bukan tanpa syarat. 
Anugerah yang Tuhan Yesus berikan tidak meniadakan syarat untuk masuk Kerajaan Tuhan. 
Anugerah bukan berarti semua dikerjakan oleh Tuhan seluruhnya dan manusia hanya diam seperti boneka yang tidak perlu meresponi karya keselamatan-Nya. 
Orang yang tidak melakukan kehendak Bapa berarti menolak keselamatan atau tidak mau mengakui bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan.
Olehnya hari-hari ini mari kita semakin intim membangun hubungan yang harmonis dengan Tuhan setiap hari, terus isi bejana hati kita dengan kebenaran Firman Tuhan dan temukan kehendak-Nya untuk kita lakukan dengan hidup didalam pimpinan Roh-Nya setiap waktu. 
Untuk itu berapa pun harga untuk mengerti dan peka terhadap kehendak-Nya, harus selalu kita perjuangkan. 
Kesediaan dan kerelaan membayar harga untuk menyalibkan kesenangan daging demi memiliki Kristus seutuhnya haruslah menjadi irama hidup kita.
Dengan demikian kita adalah orang-orang yang siap mempertaruhkan hidup kita untuk hidup bagi Tuhan, siap melaksanakan segala kehendak-Nya dengan bertekun.
Dan bagi kita, hidup bagi Tuhan bukan lagi kewajiban, tetapi kehormatan dan kesukaan yang besar bahkan melebihi nyawa kita sendiri.

Efesus 5:15-17
15 Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif,
16 dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat.  
17 Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan. 

Amin.

Minggu, 16 Oktober 2016

BERIMAN KEPADA TUHAN YESUS SECARA BENAR


Yakobus 2:20-22
20 Hai manusia yang bebal, maukah engkau mengakui sekarang, bahwa iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong?
21 Bukankah Abraham, bapa kita, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia mempersembahkan Ishak, anaknya, di atas mezbah? 
22 Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna.

Kehidupan Abraham tidak diatur oleh hukum, tetapi diatur oleh kehendak Allah. Tindakan penurutannya terhadap kehendak Allah inilah iman yang benar atau sejati. 
Iman yang harus dimiliki oleh orang percaya adalah iman yang disertai dengan tindakan penurutan segala kehendak Allah dan bukan dengan iman yang hanya mengaku percaya saja.
Iman yang diekspresikan dengan tindakan melakukan segala kehendak Tuhan Yesus barulah iman yang menyelamatkan. 
Kalau sekarang seseorang mengaku memiliki iman, tetapi tidak melakukan apa yang dikehendaki oleh Allah seperti yang dilakukan oleh Abraham berarti belum memiliki iman secara benar. 
Yakobus menunjukkan bahwa Abraham dibenarkan bukan karena iman saja, maksudnya bukan iman dalam wujud perkataan saja tetapi iman dalam tindakan nyata (Yakobus 2:14- 26). 
Ketaatan Abraham mempersembahkan Ishak anaknya menunjukkan imannya. Juga Rahab yang menyembunyikan pengintai Israel adalah tindakan iman. 
Hal itu tidak diatur oleh taurat, tetapi kehendak Allah agar Rahab membela kepentingan-Nya. 
Masyarakat Yerikho juga tahu bahwa bangsa Israel memiliki Allah yang luar biasa, tetapi mereka tidak berpihak kepada-Nya, tetapi Rahab bertindak berpihak pada Allah yang benar dan melakukan apa yang dikehendaki oleh Allah.
Olehnya Rahab dibenarkan oleh Allah karena tindakan imannya yang diekspresikan kedalam perbuatan yang menolong pengintai-pengintai Israel itu.

Kalau orang Kristen tidak memiliki tindakan yang ekstrem terhadap Tuhan (melakukan keinginan-Nya) sebagai ekspresi imannya berarti belum memiliki iman yang menyelamatkan. 
Iman yang menyelamatkan adalah melakukan segala seuatu yang dikatakan oleh Tuhan Yesus, seperti Abraham melakukan segala sesuatu yang dikatakan oleh Allah. 
Oleh sebab itu orang percaya harus mengerti dengan benar segala sesuatu yang diperintahkan oleh Tuhan Yesus untuk dilakukan khususnya melakukan hukum kasih, menyangkal diri, memikul salib setiap hari, menjaga kekudusan hidup dan melaksanakan perintah amanat Tuhan Yesus untuk menjadikan semua umat manusia menjadi murid Tuhan Yesus dengan mengajarkan Injil pengajaran Tuhan Yesus secara lengkap hingga memiliki kehidupan yang serupa dengan gambar-Nya.
Inilah orang-orang mau menderita bersama-sama dengan Kristus dan sepenanggungan dengan diri-Nya.
Hanya orang-orang yang menderita bersama dengan Kristus yang akan dipermuliakan bersama dengan Tuhan Yesus didalam Kerajaan-Nya (Roma 8:17, 30 ; Filipi 3:10).

Menerima Tuhan Yesus sebagai Majikan yang dipatuhi berarti mengakui bahwa hidup kita telah dibeli untuk hidup bagi Tuhan Yesus dan bukan lagi hidup untuk diri sendiri, dengan demikian kita mengakui Dia lah Allah pemilik kehidupan dan pemilik segala kuasa di bumi dan di Sorga. 
Ini barulah beriman yang benar kepada Tuhan Yesus. 
Dalam hal ini yang diperintahkan oleh Tuhan Yesus bukan hanya melakukan hukum, tetapi melakukan segala kehendak-Nya melalui pimpinan Roh Kudus setiap hari disepanjang waktu hidup kita.
Dalam perintah amanat agung kata "melakukan" dalam Matius 28:20 teks aslinya diterjemahkan "tereo" yang artinya juga (memperhatikan, menjaga, mengamati, menyelidiki, mematuhi). 
Itulah sebabnya orang percaya harus belajar Injil secara lengkap, ini merupakan respons awal untuk memiliki keberimanan yang benar kepada Tuhan Yesus.
Hal ini tentu akan membuat kita memiliki kecerdasan roh yang berasal dari Tuhan. 
Kecerdasan roh membuat seseorang peka untuk mengerti kehendak-Nya, yaitu apa yang baik, berkenan dan yang sempurna untuk dilakukan dengan penuh sukacita sebagai ekspresi keberimanan yang di benar dihadapan Tuhan kita Yesus Kristus.

Menjadi anak Allah berarti melakukan kehendak Bapa (Matius 7:21). 
Tuhan Yesus tidak menerima orang yang mengaku percaya tetapi tidak berkelakuan seperti diri-Nya. 
Tuhan Yesus mengatakan bahwa saudara-saudara-Nya adalah orang yang mendengar Firman Tuhan dan melakukan Firman itu atau menjadi pelaku Firman atau pelaku kehendak Allah (Lukas 8:21). Untuk menjadi anggota keluarga Allah, sesorang harus melakukan kehendak Allah dengan tanpa batas. 
Tanpa syarat ini seseorang tidak akan menjadi anggota Kerajaan Allah. 
Syarat ini bukanlah bernilai suatu jasa, tetapi sebagai “respon” kita terhadap kasih dan anugerah yang telah diberikan oleh Tuhan kita Yesus Kristus.

Yakobus 2:18
Tetapi mungkin ada orang berkata: "Padamu ada iman dan padaku ada perbuatan", aku akan menjawab dia: "Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu tanpa perbuatan, dan aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku."

Amin.

Sabtu, 15 Oktober 2016

MEMINDAHKAN HATI KEPADA PERKARA DI ATAS


Kolose 3:2-4
2 Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi.
3 Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah.
4 Apabila Kristus, yang adalah hidup kita, menyatakan diri kelak, kamu pun akan menyatakan diri bersama dengan Dia dalam kemuliaan.

Banyak orang Kristen tidak mau mengerti bahwa konsekuensi menjadi anak tebusan berarti hidupnya telah dibeli oleh Tuhan untuk hidup bagi kepentingan Tuhan dan tidak lagi hidup untuk diri sendiri (2 Korintus 5:15).
Untuk itu Firman Tuhan di Kolose 3:2-4 mengajarkan agar kita memindahkan hati ke dalam kerajaan sorga.
Dengan demikian mata hati kita akan selalu terarah kepada janji kedatangan-Nya.
Hidup dengan meyakini janji kedatangan Tuhan tidaklah mudah.
Pada suhu tertentu terkadang fokus hati kita masih bisa terarah kepada perkara-perkara dibumi, hidup yang terfokus pencarian kebutuhan kesenangan diri dan kepuasan diri yang berasal dari dunia ini yang jelas-jelas bukan berasal dari kehendak Bapa (1 Yohanes 2:15-17).
Mari kita periksa kembali arah tujuan hidup kita dihadapan Tuhan, apakah yang kita minta hari-hari ini dihadapan Tuhan? , apakah untuk kepentingan kebutuhan makan minum, mujizat, berkat jasmani, dan kebutuhan yang menyangkut kepentingan hidup untuk diri sendiri.
Hendaknya sebagai orang yang sudah menerima keselamatan dari Tuhan dan janji penyertaan dan pemeliharaan Tuhan, kita tidak perlu memusingkan kebutuhan-kebutuhan yang menyangkut masalah perut atau masalah penghidupan kepentingan diri sendiri.
Paulus dalam suratnya kepada Timotius memberikan nasehat dengan berkata :
"Ikutlah menderita sebagai seorang prajurit yang baik dari Kristus Yesus.
Seorang prajurit yang sedang berjuang tidak memusingkan dirinya dengan soal-soal penghidupannya, supaya dengan demikian ia berkenan kepada komandannya"(2 Timotius 2:3-4).
Hidup orang percaya yang sudah mengenal kebenaran tidak boleh serupa dengan dunia ini yang mempersoalkan kebutuhan hidup makan minum dan kepentingan pribadi, kesembuhan ekonomi, mujizat-mujizat kesembuhan akibat tidak memiliki tanggung jawab membangun pola hidup yang baik.
Tuhan Yesus berkata, orang-orang yang hidupnya hanya terfokus dengan persoalan dirinya apa yang hendak ia makan, minum dan ia pakai, adalah orang-orang yang tidak mengenal Allah.
Hal ini hendak menunjuk hidup orang percaya tidak perlu kuatir soal penghidupannya.
Tugas hidup orang percaya adalah mendahulukan kerajaan Allah dan mengenal kebenaran-Nya dan hidup didalamnya sebagai irama hidup yang permanen.

Seperti yang dikatakan diawal fokus arah mata hati kita hendaknya selalu terarah kepada janji kedatangan-Nya. Fokus hidup seperti ini adalah fokus hidup hanya untuk melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan yang sudah dipercayakan-Nya.
Kita harus seperti Nuh yang tidak serupa dengan orang sezamannya tatkala ia membuat bahtera sebagai sarana keselamatan yang Tuhan berikan, banyak orang mengolok-olok atau mencemoohnya dan tidak percaya dengan pemberitaannya.
Seperti Abraham memiliki hidup yang penuh dengan kepercayaan kepada Tuhan, fokus hidupnya hanya diarahkan kepada hidup yang taat melakukan kehendak Tuhan yang walaupun harus menyerahkan anak kesayangannya Ishak kepada Tuhan ia tetap percaya kepada Tuhan dan tidak pernah mencurigai Tuhan sama sekali.
Inilah yang namanya hidup yang berjalan dengan iman, bukan dengan penglihatan (2 Korintus 5:7).
Nuh berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bukan dan bertahun-tahun berjalan dengan iman.
Dengan iman, bukan dengan penglihatan, Nuh menggerakkan diri dan keluarganya untuk berjuang membuat bahtera.
Hal ini menjadi inspirasi kita.
Hal yang sama juga kita lakukan dengan menujukan pikiran kita kepada kedatangan pemerintahan Kerajaan Sorga secara fisik nanti. Kedatangan Tuhan dan pemerintahan theokrasi yang dijanjikan Tuhan menjadi peragaan hebat yang sangat menakjubkan yang akan kita saksikan dan alami nanti.

Kita harus berani mempercayai apa yang Tuhan katakan atau janjikan.
Orang-orang zaman Nuh tidak akan menduga bahwa ia mengalami bencana yang begitu dahsyat.
Sementara Nuh dan keluarganya yang fokus hidupnya terarah kepada Tuhan dan kehendak-Nya tidak menduga betapa nyamannya bahtera hasil kerja keras mereka selama bertahun-tahun.
Calon menantu Lot tidak akan menduga bumi mereka dijungkir balikkan Tuhan dan api belerang membakar kota mereka. Sebaliknya, ketika Lot keluar dari Sodom dan Gomora baru mengerti betapa beruntungnya keluar dari kota itu.
Pada waktu masih di Sodom, Lot masih ada sedikit keraguan untuk meninggalkan Sodom dan Gomora. Itulah sebabnya mereka berlambat-lambat, kemudian malaikat menarik mereka keluar dari Sodom.
Setelah menyaksikan kedahsyatan api dan belerang membumihanguskan kota Sodom dan Gomora, barulah Lot dan anak-anaknya menyadari betapa bersyukurnya terhindar dari penghukuman Tuhan. Betapa mengerikan seandainya Lot dan anak-anaknya menolak melakukan kehendak Tuhan untuk keluar dari kota Sodom meninggalkan segala miliknya.
Inilah pentingnya memindahkan arah hidup kita kepada perkara-perkara diatas, hidup orang percaya harus diarahkan kepada apa yang menjadi tujuan Tuhan untuk kita perbuat demi ketaatan kita kepada-Nya.

Gambaran orang yang tidak memindahkan hatinya kepada perkara diatas dapat kita temukan di Lukas 16:19-25.
Hidup orang kaya ini dihabiskan berfokus kepada perkara dibumi sibuk dengan dirinya sendiri dengan segala kesenangan dan kemewahan yang dunia tawarkan.
Akhir hidupnya sangat tragis didalam api kekal karena tidak melakukan kehendak Tuhan. Hal ini disebabkan dalam hidupnya ia tidak pernah berminat memindahkan hatinya untuk hidup bagi Tuhan dan menyenangkan hati-Nya.
Peristiwa ini cermin dari kehidupan manusia.
Banyak orang tidak sadar, betapa dahsyatnya kengerian api kekal, tetapi juga tidak menyadari betapa beruntungnya ada di “pangkuan Abraham” (Lukas 16:22).
Memindahan hati kepada perkara yang dikehendaki oleh Tuhan sama artinya kita mempercayai Tuhan dan masuk ke dalam apa yang dijanjikan Tuhan di waktu mendatang.
Fokus hidup kita yang memindahkan hati kepada perkara diatas digambarkan dengan kematian diri terhadap keinginan daging digantikan hidup dalam kehendak Roh Allah, melakukan segala sesuatu sesuai dengan kehendak pimpinan-Nya.
Tentu orang-orang seperti ini memberikan buah kehidupan yang menjadi berkat bagi banyak orang disekitarnya, orang-orang seperti ini adalah orang-orang yang pasti memiliki minat yang tinggi memenuhi tanggung jawabnya memaksimalkan seluruh potensi hidupnya untuk menjadi alat bagi tangan Tuhan, lewat hidupnya ia menjadi surat cinta Kristus yang terbuka yang mengundang semua orang untuk turut masuk kedalam proyek keselamatan yang telah Tuhan Yesus sediakan.
Proyek keselamatan itu tidak lain adalah menggelar kehidupan yang serupa seperti yang di peragakan oleh Tuhan Yesus, hidup seperti Dia hidup (1 Yohanes 2:6)
Inilah sejatinya kehidupan anak-anak Tuhan yang memindahkan hatinya kepada kerjaaan Bapa di sorga.

Hendaknya kita tidak menjadi keras kepala seperti bangsa Israel yang menolak apa yang Tuhan katakan, bahwa di Kanaan mereka akan menjumpai tanah yang berlimpah susu dan madu.
Bangsa Israel sudah terikat dengan Mesir. Hal ini sejajar dengan nasehat: Jangan meragukan bahwa di rumah Bapa banyak tempat tingal (Yohanes 14:1-3) Mereka hanya melihat atmosfir Mesir, yang menurut mereka jauh lebih baik dari padang gurun.
Tetapi mereka tidak mempercayai tanah Kanaan yang permai.
Banyak orang Kristen yang tidak mempersiapkan diri membawa hidup dengan benar dihadapan Tuhan untuk menyambut kehidupan yang akan datang, hal ini berarti sama dengan tidak mempercayai janji kedatangan Tuhan Yesus kembali ke bumi ini untuk mengadakan perhitungan kepada semua umat manusia sesuai dengan perbuatannya.
Mereka meminta Tuhan untuk melepaskan mereka dari perjalanan menuju padang gurun kehidupan, padahal padang gurun berbicara mengenai didikan Bapa agar orang percaya bisa mengenakan kehidupan yang sesuai dengan stardar Tuhan, mengenakan kekudusan yang sama seperti Tuhan Yesus, dan menjadi serupa dengan diri-Nya (Roma 8:28-29).

Jangan takut harus memikul salib dan mengikut Tuhan Yesus dengan setia, sebab penderitaan kita sekarang tidak sebanding dengan kemulian yang akan kita terima nanti (Roma 8:18-25).
Meyakini janji ini hendaknya membuat kita lebih membersihkan diri dari hal-hal yang tidak berkenan dihadapan-Nya dan berusaha memindahkan hati secara permanen kepada perkara diatas yang dimana dalamnya Tuhan Yesus berkenan memberikan perkenanan-Nya kepada kita.
Kita harus selalu memilih Tuhan dan kerajaan-Nya, melaksanakan segala apa yang telah Ia perintahkan melalui Firman-Nya maupun melalui pimpinan Roh-Nya setiap hari, kita harus menggenggam dengan erat pengharapan kepada-Nya sampai Tuhan menggenapi seluruh rencana kedatangan-Nya.
Pengharapan ini tidak akan mengecewakan, sebab yang berjanji adalah Tuhan Yang Setia.
Sebagaimana Tuhan selalu menepati janji-janji-Nya di masa lalu, demikian pula Tuhan akan memenuhi janji kedatangan-Nya dan pendirian Kerajaan Sorga secara fisik di langit baru dan bumi yang baru, yakni pemerintahan Tuhan Allah kita Yesus Kristus yang kekal untuk selama-lamanya.

Amin.

Kamis, 13 Oktober 2016

MENYENANGKAN HATI TUHAN



Roma 12:1-2
1 Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.
2 Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.

Menyenangkan hati Tuhan merupakan irama hidup orang percaya yang tidak boleh berhenti sampai kapanpun bahkan sampai di kekekalan.
Hendaknya menyenangkan hati Tuhan tidak hanya berhenti dalam kesibukan kegiatan sebagai aktivis gereja dan berfokus didalam kegiatan gereja semata, juga hendaknya kita tidak berpikir dengan memberi uang dalam jumlah besar maka hal tersebut sudah dapat mewakili hidup kita dapat menyenangkan hati Tuhan.
Tentu hal ini bukanlah tolak ukurnya.
Dua hal utama yang harus dimengerti untuk menyenangkan hati Tuhan.
Hal pertama adalah, kita harus memahami dengan lengkap keseluruhan rencana Allah atas dunia ini.
Keseluruhan rencana Allah antara lain mengapa Allah menciptakan manusia, mengapa Allah berinkarnasi menjadi manusia dan turun ke dunia, apakah tujuan keselamatan yang Tuhan Yesus berikan dan lain sebagainya.
Seseorang tidak akan dapat menyukakan hati Tuhan tanpa mengerti kebenaran Alkitab secara tepat dan lengkap.
Di dalam keseluruhan rencana Allah tersebut kita sebagai umat pilihan Allah harus menemukan “grand design” Allah yang sangat luar biasa.
Orang Kristen yang mau menyenangkan hati Tuhan harus masuk dalam grand design Allah tersebut.
Grand design Tuhan tersebut adalah kesediaan menusia mengenakan filosofi hidup yang sama seperti Tuhan Yesus telah hidup, mengenakan kekudusan, ketaatan, kasih, kesetiaan yang sama seperti yang sudah diteladankan oleh Tuhan Yesus.
Jika tidak, ia tidak termasuk umat pilihan yang terpilih.

Kedua, kita harus memahami bagaimana memiliki sikap hati atau manusia batiniah yang benar dihadapan Tuhan.
Dalam hal ini yang dibutuhkan adalah pemahaman yang akurat mengenai kebenaran Injil yang diajarkan oleh Tuhan Yesus.
Kebenaran Injil akan membuka pengertian kita terhadap manusia macam apakah yang dikehendaki oleh Allah.
Manusia yang dikehendaki oleh Allah bukan manusia yang hanya taat kepada hukum moral saja, tetapi yang memiliki sikap batiniah yang baik sesuai standar Allah. Inilah yang dimaksud oleh Firman Tuhan bahwa kita harus memiliki pikiran dan perasaan Kritus (Filipi 2:5-8).
Tuhan hanya disukakan oleh orang yang dalam segala tindakan berkenan kepada-Nya.
Tidak ada cara lain untuk bisa berkenan dihadapan Tuhan selain terus berjuang tiada henti mengenakan pikiran dan perasaan yang sama yang terdapat juga didalam Tuhan kita Yesus Kristus.

Orang memiliki pikiran dan perasaan Kristus adalah orang yang tidak akan menghasrati sesuatu yang tidak dihasrati oleh Tuhan dan menghasrati apa yang Tuhan hasrati.
Inilah hal yang menyenangkan hati Tuhan, orang-orang seperti ini pasti menyediakan hatinya sebagai sarana bagi Tuhan untuk melakukan kehendak dan rencana-Nya.
Orang yang menyenangkan hati Tuhan tidak akan melakukan suatu perbuatan atau kegiatan yang Tuhan tidak ikut merasakan atau menikmati hal tersebut. Orang yang menyenangkan hati Tuhan tidak akan mencari kehormatan bagi dirinya sendiri, tetapi selalu mencari kehormatan bagi Tuhan.
Inilah yang disebut perhentian hidup didalam Tuhan guna memberi diri hidup menurut roh yang dipimpin oleh Roh Allah.
Hanya orang yang benar-benar dewasa dan menjadikan Tuhan sebagai perhentiannya yang berminat secara proporsional untuk menyukakan hati Tuhan. Secara proporsional maksudnya dengan “segenap hati”.
Tuhan memberi kesempatan setiap saat dan melalui segala hal untuk menyenangkan hati Tuhan. Gairah menyenangkan hati Tuhan Yesus dalam diri kita haruslah menyala-nyala bahkan membara terus tiada henti sampai kekekalan.
Menyenangkan hati Tuhan adalah harta abadi yang tidak akan pernah bisa diambil oleh siapa pun.
Tidak keliru kalau hal ini bisa dikatakan sebagai “harta di Sorga”.

Tuhan tidak akan memperkenan orang yang tidak menyukakan hati-Nya masuk ke dalam Kerajaan-Nya.
Hal ini terlihat dalam pernyataan Tuhan Yesus tentang orang kaya dalam Lukas 12:16-21.
Tuhan Yesus menggambarkan orang kaya tersebut hidup hanya untuk kesukaan sendiri. Ia sibuk dengan segala cita-cita dan keinginannya tanpa mau mengerti bagaimana seharusnya menyenangkan hati Tuhan.
Akhirnya ia mati dalam keadaan tidak kaya di hadapan Tuhan (Lukas 12:20-21).
Hal ini sejajar dengan yang dikisahkan oleh Tuhan Yesus dalam Lukas 16:19-31. Dalam fragmen tersebut Tuhan Yesus menunjukkan nasib orang kaya yang tidak menyukakan hati Tuhan.
Oleh karena ia membiarkan Lazarus mati dalam penderitaan di depan matanya, maka orang kaya tersebut tidak mendapat bagian dalam Kerajaan Tuhan Yesus (Matius 25:41-46).
Hendaknya kita tidak menjadi seperti orang kaya seperti yang di sebutkan Alkitab yang hidupnya sibuk dengan urusan-urusan pribadinya sendiri, sibuk dengan kesenangan, cita-cita, dan keinginannya sendiri tanpa mau mengerti bagaimana seharusnya menyenangkan hati Tuhan.
Jika hari ini kita masih diijinkan hidup oleh Tuhan, ini artinya Tuhan masih memberi kesempatan bagi kita untuk mengumpulkan harta di Sorga dan tanpa mengabaikan kesempatan yang diberikan.
Orang yang selalu berhasrat mengumpulkan harta di Sorga tentu pasti adalah orang-orang yang selalu menaruh kasih dan mempedulikan terhadap sesamanya.
Orang yang gagal mengasihi dan memperdulikan sesamanya berarti gagal menjadi anak-anak Allah. Sebab anak-anak Allah ditandai dengan kehidupan mengasihi dan memperdulikan sesamanya. Inilah yang dapat menyukakan hati-Nya.

Harta di Sorga harus dikumpulkan melalui proses dalam perjalanan waktu yang bersedia melepaskan sikap hidup manusia lama secara total.
Inilah proses tahapan-tahapan perubahan dari sikap hati yang senang menyukakan daging berganti kepada menyukakan apa yang disenangi oleh hati Tuhan.
Sikap hati yang menyukakan daging didalam diri sendiri ini tidak mudah diubah, karena banyak orang sudah terlanjur kawin dengan dunia ini yang telah mengakar begitu lama, belasan bahkan puluhan tahun.
Dunia ini dipenuhi dengan berbagai kesenangan sesaat yang sangat memikat. Bisa berupa hiburan, hobi, hasrat untuk memiliki benda tertentu seperti mobil mewah, rumah mewah untuk nilai diri, dan seterusnya.
Sesungguhnya ini dapat digunakan oleh iblis sebagai perangkap bagi orang percaya.
Berkenaan dengan hal ini Paulus menasehatkan kepada kita dengan perkataan : Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna (Roma 12:2).
Dengan perjuangan yang sungguh-sungguh untuk memiliki hasrat yang sama yang terdapat didalam Tuhan Yesus maka, Tuhan Yesus melalui Roh Kudus akan menolong orang percaya yang mengasihi Dia, untuk dapat menjadi serupa dengan diri-Nya.
Untuk ini Allah turut bekerja dalam segala sesuatu mendatangkan kebaikan bagi orang yang mengasihi Dia.
Dari diri kita harus ada kerinduan yang kuat untuk bisa mencapai level kehidupan yang senantiasa menyenangkan hati Tuhan dimanapun dan kapanpun. Kerinduan ini merupakan perasaan “haus dan lapar akan kebenaran-Nya”.
Dari sini Tuhan akan memuaskan orang yang haus dan lapar akan kebenaran-Nya.
Hal inilah awal dari Tuhan akan disenangkan sebab selalu menyenangkan hati Tuhan berarti kita selalu aktif untuk mencari dan menemukan apa yang membuat hati Tuhan Yesus puas untuk kita lakukan sebagai persembahan hidup yang berbau harum dan berkenan dihadapan-Nya.
Orang-orang seperti ini pasti akan melayani Tuhan dengan tanpa batas baik dalam kegiatan gerejani maupun diluar tembok gereja.
Didalam hidupnya ia pasti memberikan yang terbaik yang ada dari dalam dirinya untuk dipersembahkan bagi Tuhan sehingga dalam hidupnya hanyalah tertinggal satu-satunya hasrat hidup yaitu menjadi pribadi yang selalu dapat menyenangkan hati-Nya.

Amin.

Rabu, 12 Oktober 2016

HARUS MENCINTAI TUHAN SECARA EKSTREM


Markus 12:30  Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu.

Selalu perlu kita sadari bahwa kehidupan di bumi ini hanya satu kali dan tidak akan pernah terulang untuk selamanya dan durasinya sangatlah singkat.
Alkitab menggambarkan singkatnya hidup ini sebagai uap, seperti yang dikatakan oleh Yakobus: Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap (Yakobus 4:14).
Petrus menunjukkan durasi hidup manusia dengan pernyataannya: “Semua yang hidup adalah seperti rumput dan segala kemuliaannya seperti bunga rumput, rumput menjadi kering, dan bunga gugur (1 Petrus 1:24).
Banyak orang menyepelekan atau meremehkan realitas ini sehingga tidak berusaha memberikan yang terbaik dari hidupnya untuk melakukan kehendak Tuhan disepanjang hidupnya.
Suatu saat ketika waktu hidupnya berakhir mereka baru menyadari bahwa ilustrasi uap dan bunga rumput untuk menunjukkan singkatnya hidup ini.
Hidup selama 70-90 tahun adalah perjalanan waktu yang benar-benar singkat. Singkatnya hari hidup ini dibandingkan dengan kekekalan seharusnya menggetarkan jiwa untuk memberikan yang terbaik mengasihi Tuhan secara eksteam didalam kehidupan ini.

Selama hidup dengan durasi 70-90 tahun ini ternyata banyak pelabuhan yang telah menahan perjalanan hidup orang-orang untuk mencapai pelabuhan akhir yang ideal.
Pelabuhan di sini maksudnya adalah sesuatu yang membuat seseorang merasa aman, nyaman, lengkap dan bahagia. Tidak sedikit orang-orang yang berlabuh di pelabuhan yang salah sehingga terpenjara di sana yaitu menjadikan selera jiwanya tertuju untuk hal-hal duniawi, meraih kesenangan-kesenangan duniawi sebagai tujuan kebahagiaan dan kepuasan hidupnya.
Mereka menganggap pelabuhan-pelabuhan yang disinggahi tersebut bisa menjadi tempat bersandar abadi sehingga tidak pernah mengenal pelabuhan yang ideal.
Seseorang yang fokus hidupnya sepenuhnya ditujukan kepada hal tersebut maka ini berarti membuat seseorang tidak bisa merasakan kehausan akan Allah yang benar.
Untuk hal ini Rasul Yohanes menasehatkan kepada kita : Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu (1 Yohanes 2:15).
Pelabuhan satu-satunya yang harus dituju dalam hidup sebagai umat pilihan Allah adalah Tuhan Yesus dan Kerajaan-Nya.

Tuhan Yesus Kristus harus selalu menjadi tempat satu-satunya pelabuhan tujuan hidup kita, hal ini sama dengan menjadikan Tuhan Yesus sebagai kekasih dan kebahagiaan jiwa orang percaya, karena sesungguhnya Dialah Tuhan yang menciptakan segala sesuatu baik yang ada di Bumi maupun yang ada di Sorga yang memberikan kehidupan kepada kita, yang memberikan nyawa-Nya untuk menebus dosa-dosa kita.
Alkitab mengatakan : karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia (Kolose 1:16).

Dalam agama Yahudi orang yang diutus Allah memang sangat dikultuskan dan dihormati, tetapi tidak disembah.
Namun berbeda dengan Kekristenan, Yesus Kristus sebagai utusan juga diakui sebagai Tuhan yang disembah.
Inilah yang menimbulkan penolakan dalam berbagai agama terhadap orang Kristen yang dianggap menjadikan manusia sebagai Allah.
Tuhan Yesus adalah Allah itu sendiri Alkitab memberikan pernyataan sangat jelas didalam Yohanes 1:10-12
10 Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia tidak mengenal-Nya.
11 Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya.
12 Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya;
Pada abad pertama orang Kristen menghadapi agama Yahudi yang sangat membenci agama Kristen dan berusaha memunahkannya.
Juga menghadapi kekaisaran Roma yang tidak suka terhadap orang Kristen yang memanggil Yesus sebagai Kurios (Tuhan) serta menantikan kedatangan-Nya. Sebutan Kurios adalah sebutan atau gelar yang pernah disandang oleh Alexander Agung (The Great), yaitu pemimpin perang dari Yunani sebelum zaman Roma yang pernah menguasai Eropa dan banyak wilayah di luar Eropa.
Orang-orang Kristen yang menolak menyembah kaisar dianggap sebagai ketidaksetiaan terhadap kaisar Roma dan merupakan ancaman terhadap kekaisaran Roma.

Pada zaman gereja mula-mula Allah mengijinkan mereka mengalami aniaya yang begitu hebat.
Dalam aniaya tersebut terkesan Tuhan tidak membela mereka.
Mereka harus mengorbankan harta, keluarga, ketenangan hidup bahkan nyawa mereka sendiri.
Dalam segala keadaan tersebut mereka harus membuktikan kesetiaan dan kecintaan mereka kepada Tuhan Yesus (Lukas 14:26).
Kecintaannya kepada Tuhan harus lebih dari cintanya kepada siapapun bahkan lebih dari mengasihi nyawanya sendiri. Kalimat dalam Lukas 14:26 mengenai “membenci ayah ibu, saudara dan bahkan nyawanya sendiri” menunjukkan bahwa kecintaan kepada Tuhan haruslah secara ekstrem.
Jemaat di Roma membuktikan segenap kasih dan kecintaannya kepada Tuhan Yesus dengan berjuang untuk tidak menjadi serupa dengan dunia ini, berani meninggalkan segala miliknya serta tidak menyayangkan nyawanya untuk Tuhan.
Gairah hidup yang sama memanggil kita umat pilihan Tuhan di zaman ini untuk menggelar cara hidup yang tidak serupa dengan dunia ini dan selanjutnya berusaha mengerti apa yang dikehendaki oleh Tuhan untuk dilakukan.

Sebagai kekasih Tuhan, kalau hanya mengasihi dengan setengah hati atau tidak ekstrem, ini berarti bukanlah kasih yang dikatakan kasih yang tertulis di Markus 12:30.
Orang yang ingin mengasihi dan mencintai Tuhan Yesus secara ekstrem berarti ia harus bersedia membangun keintiman dan bergaul karib dengan-Nya setiap waktu guna melakukan segala kehendak-Nya.
Tentu orang-orang seperti adalah orang-orang yang pasti melayani Tuhan dan memberikan hidupnya mengabdi kepada Tuhan dan kerajaan-Nya, segala tindakannya senantiasa melakukan apa yang menjadi segala kesenangan-Nya yang didalamnya ia selalu taat kepada segala kehendak-Nya.
Orang-orang seperti ini Tuhan pasti akan menjadikannya pula sebagai kekasih-kekasih-Nya yang teristimewa, cinta kasih dan pemelihaan-Nya akan selalu menudunginya setiap hari sampai pada di kekekalan didalam kerajaan-Nya.

Yohanes 14:21  Barangsiapa memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku. Dan barangsiapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh Bapa-Ku dan Aku pun akan mengasihi dia dan akan menyatakan diri-Ku kepadanya."

Amin.

Senin, 10 Oktober 2016

SELALU ADA DIDALAM PERJUANGAN HIDUP KUDUS


Efesus 1:4  Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya.

Di dalam Efesus 1:4 tertulis mengenai panggilan Tuhan untuk orang percaya menggelar kehidupan yang kudus dan tak bercacat di hadapan Tuhan.
Sesungguhnya hal ini adalah tujuan akhir dari kehidupan seorang yang mengikut Tuhan Yesus.
Kehidupan kekristenan kita harus diarahkan kepada untuk hidup kudus berkenan dihadapan Tuhan dan dapat menularkan gaya hidup ini kepada orang lain sehingga sungguh-sungguh kebenaran Injil Kristus dapat berdampak mengubah manusia menjadi manusia yang memiliki Kristus didalam hidupnya.
Perlu dipahami bahwa kehidupan kudus dan tidak bercacat di hadapan Tuhan dalam ayat tersebut adalah bertalian dengan langkah setiap individu untuk menanggalkan manusia lamanya dan mengenakan manusia baru (Efesus 4:17-32).
Keadaan hidup kudus dan tidak bercacat dalam segala hal harus selalu diperjuangkan setiap individu sehingga setiap saat seseorang memiliki kehidupan yang selalu dapat memuaskan hati Tuhan.
Respon seseorang terhadap anugerah-Nya sangat menentukan kelangsungan keselamatannya, yaitu dimana Tuhan mau setiap orang percaya mencapai kehidupan yang kudus dan tidak bercacat di hadapan Tuhan yang sama dengan dikembalikan ke rancangan Tuhan yang semula.

Perjuangan untuk hidup kudus dan tak bercacat melalui belajar Firman Tuhan secara memadai dan penyangkalan diri, menyalibkan daging akan menghasilkan kehidupan yang kudus dan tak bercacat. Untuk tujuan inilah Tuhan Yesus memberikan anugerah-Nya.
Kalau seseorang tidak menghargai pentingnya memiliki kekudusan hidup, tidak bercacat dihadapan Allah maka ia akan menjadi pribadi yang tidak memiliki usaha yang proporsional untuk bertumbuh menjadi manusia Roh yang dapat memiliki pikiran dan perasaan Kristus.
Pada akhirnya ia menjadi manusia yang tidak bertanggung jawab untuk hidup sesuai dengan kehendak Tuhan.
Orang percaya harus berjuang untuk hidup kudus setiap hari bahkan setiap saat, dimulai dari bangun dipagi hari ia membuka mata maka ia harus selalu ada dalam perjuangan menjaga kekudusannya hingga sampai ia rebah kembali ke tempat tidurnya dimalam hari.
Ini adalah panggilan bagi setiap orang untuk masuk proses pemuridan.
Inilah kehidupan Kristiani yang harus digumuli dengan serius yaitu mengenakan manusia baru di dalam Tuhan (Efesus 4:22-24).
Faktanya tidak mungkin orang bisa dengan sendirinya hidup kudus dan tidak bercacat.
Setiap orang percaya harus selalu ada dalam perjuangan yang intens untuk selalu hidup kudus dihadapan Tuhan, dimulai menjaga kekudusan dari sikap hati agar tetap lurus dan murni hingga menjaga kekudusan pada perkataan dan perbuatannya agar tetap selaras dengan pikiran dan perasaan Kristus.

Mengenakan manusia baru bukan hanya berarti menjadi baik, tetapi hidup dengan spirit atau gairah hidup yang sama yang terdapat pula didalam Tuhan kita Yesus Kristus.
Mengenakan manusia baru artinya mengenakan cara hidup yang berbeda dengan cara hidup manusia lain yang tidak meresponi anugerah keselamatan dalam Tuhan Yesus Kristus.
Ketika Abraham berumur sembilan puluh sembilan tahun, TUHAN menampakkan diri kepada Abraham dan berfirman kepadanya: "Akulah Allah Yang Mahakuasa, hiduplah di hadapan-Ku dengan tidak bercela (Kejadian 17:1)
Hal ini menunjuk tokoh tokoh perjanjian lama seperti Abraham juga dipanggil Tuhan untuk menggelar hidup tidak bercela dihadapan-Nya.
Tuhan sangat mementingkan orang-orang pilihan-Nya untuk selalu konsisten menggelar kekudusan hidup dihadapan-Nya.
Dalam hal ini tampak jelas hakekat Allah kita adalah Allah Kudus dan sangat mementingkan masalah kekudusan.
Seseorang yang ingin menghampiri Allah hendaknya selalu menjaga kekudusan hidupnya sehingga Tuhan tidak menyembunyikan wajah-Nya.
Tokoh perjanjian lama lainnya yang selalu berusaha menggelar hidup kudus dihadapan Tuhan adalah Nuh dan Ayub.
Alkitab mengatakan  :  Nuh adalah seorang yang benar dan tidak bercela di antara orang-orang sezamannya; dan Nuh itu hidup bergaul dengan Allah (Kejadian 6:9).
Demikian juga Allah memuji kesalehan hidup Ayub dihadapan semua malaikat-Nya dan juga dihadapan iblis.
Tuhan berkata kepada iblis : "Apakah engkau memperhatikan hamba-Ku Ayub? Sebab tiada seorang pun di bumi seperti dia, yang demikian saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan. Ia tetap tekun dalam kesalehannya, meskipun engkau telah membujuk Aku melawan dia untuk mencelakakannya tanpa alasan"( Ayub 2:3 ).
Dari sini tampak jelas Allah Yang Maha Kudus sangat memperhatikan dan sangat mementingkan masalah kekudusan kehidupan umat-umat-Nya.

Dalam bahasa Yunani, kata Kudus adalah (hagios) yang artinya “berbeda dari yang lain”.
Dalam Kekristenan, kekudusan harus dipahami berbeda dengan konteks agama-agama pada umumnya.
Kekudusan Kristen berawal dari penebusan oleh darah Tuhan Yesus.
Manusia yang berdosa diampuni, dan segala dosa yang pernah dilakukan diperhitungkan tidak pernah terjadi, sebab Tuhan Yesus memikulnya di kayu salib.
Inilah awal pintu anugerah-Nya supaya kita yang menerima Dia sebagai Tuhan Sang Penebus bisa dididik untuk mengenakan bagian didalam kekudusan-Nya (Ibrani 12:10).
Dalam hal ini perlu adanya respon dan perjuangan dari kita untuk memberi diri selalu hidup didalam kekudusan seperti yang Tuhan Yesus kehendaki.
Bersedia dikuduskan berarti bersedia mengalami kematian diri dari manusia lama dan memberi diri dipimpin oleh Kristus hidup didalam kehendak-Nya (Galatia 2:20).
Dengan pertumbuhan manusia baru kita yang semakin dewasa, karakter kita semakin terbentuk dalam kekudusan yang benar.
Ini memungkinkan kita dipakai Tuhan semakin dashyat untuk menjadi saksi-Nya yaitu memberikan Injil-Nya kepada semua orang yang belum mengenal kebenaran-Nya.
Dengan meresponi panggilan untuk selalu ada didalam perjuangan mengambil bagian didalam kekudusan-Nya, maka kita baru dapat menjadi pribadi yang bisa berjalan dengan-Nya dalam keharmonisan hubungan yang dikehendaki-Nya yang selalu peka dengan kehendak, pikiran dan perasaan-Nya.

2 Petrus 3:13-14
13 Tetapi sesuai dengan janji-Nya, kita menantikan langit yang baru dan bumi yang baru, di mana terdapat kebenaran.
14 Sebab itu, saudara-saudaraku yang kekasih, sambil menantikan semuanya ini, kamu harus berusaha, supaya kamu kedapatan tak bercacat dan tak bernoda di hadapan-Nya, dalam perdamaian dengan Dia.

Amin.

Minggu, 09 Oktober 2016

MENJADI SEKUTU TUHAN


Matius 12:30  Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan.

Perkataan Tuhan Yesus ini disampaikan dalam konteks ketika Tuhan Yesus berbicara mengenai kedatangan diri-Nya untuk membinasakan pekerjaan iblis (Matius 12:27-29). 
Kedatangan Tuhan Yesus kedunia merupakan seruan genderang perang terhadap iblis. 
Tuhan Yesus menantang umat pilihan untuk berdiri di pihak diri-Nya atau di pihak musuh. 
Pernyataan Tuhan Yesus ini disampaikan hanya untuk orang percaya yang mengenal Injil. 
Dalam hal ini Tuhan Yesus tidak berbicara bagi mereka yang tidak mengerti kebenaran Injil. 
Bagi kita yang mengerti Injil dan sudah menjadi umat pilihan ditantang untuk mengambil sikap apakah kita mau ada di pihak Tuhan atau mengganggu pekerjaan-Nya. 
Sebagai orang percaya kita tidak bisa bersikap netral.
Bersikap netral sama artinya kita tidak berdiri menjadi sekutu-Nya, alkitab sangat jelas mengatakan : Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku (Wahyu 3:16).  
Kita diperhadapkan satu dari dua pilihan, menjadi sahabat Tuhan atau musuh, menjadi sekutu atau seteru.

Cara seseorang menggulirkan kehidupannya sehari-hari secara langsung dapat menunjukkan apakah ia adalah orang yang berdiri sebagai sekutu Tuhan atau sebaliknya.
Banyak sekali orang Kristen yang tidak jelas sikapnya, mereka lebih senang berdiri ditengah-tengah (tidak all out untuk mengabdi kepada Tuhan untuk menjadi sekutu-Nya) sehingga tidak jelas bagaimana ia menempatkan dirinya dihadapan Tuhan. 
Hendaknya hari-hari ini kita menjadi orang-orang Kristen yang selalu mengambil sikap sebagai laskar yang berjuang untuk Majikan Agung kita : Tuhan kita Yesus Kristus. 
Orang yang menjadikan Tuhan Yesus sebagai Sang Majikan Agung maka hidup mereka hanya diarahkan kepada kepentingan dan kesenangan Tuhan semata-mata dan melayani Dia dengan tanpa batas. 
Inilah orang-orang yang layak dikatakan dengan sebutan orang-orang percaya yang dapat menjadi saksi-Nya yang tidak menyayangkan nyawanya sendiri demi memuaskan Sang Majikan Agung Tuhan kita Yesus Kristus. 
Sebagai orang yang menjadi sekutu Tuhan, maka seluruh wilayah hidup kita harus dimiliki dan diserahkan kepada Tuhan dengan tanpa ada yang disisakan. 
Dengan demikian kita adalah orang-orang yang layak berkata " Datanglah kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga", inilah orang-orang percaya yang tunduk kepada kedaulatan Tuhan Yesus sebagai Tuhan yang memiliki seluruh kehidupan dan Tuhan sebagai pencipta langit dan bumi. 

Orang yang menjadi sekutu Tuhan hatinya akan selalu terikat kepada Tuhan, ia tidak memiliki kesenangan yang lain selain Tuhan dan hidup menuruti kehendak-Nya. Tuhan menghendaki agar orang percaya bisa bersekutu dengan Tuhan secara benar. 
Bersekutu dengan Tuhan artinya menjadi satu dengan Tuhan dalam kebersamaan di segala aspek, dalam pikiran, perasaan dan kehendak. 
Menjadi sukacita di hati Tuhan, kalau di bumi yang semakin hari semakin jahat ini masih ditemukan orang-orang yang bisa diajak sepikiran dan seperasaan serta sepenanggungan dengan Tuhan atau bersedia dengan rela diajak sebagai sekutu-Nya yaitu membinasakan pekerjaan iblis dimuka bumi ini, menjadi saksi-Nya, menjadi pelaku yang menghidupi kebenaran Tuhan didalam seluruh wilayah hidup dan memberitakan pengajaran Injil-Nya sampai ke ujung bumi. 
Paulus adalah sosok manusia yang memiliki kriteria seperti ini. 
Dalam tulisannya ia berkata : Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, dimana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya (Filipi 3:10).
Tidak heran dalam hidupnya Paulus dapat berkata :  namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku (Galatia 2:20a).

Dalam Perjanjian Lama, kita menemukan orang-orang besar seperti Musa yang rela meninggalkan istananya demi kepentingan bangsanya, Daud yang mempertaruhkan nyawa dan masa depannya demi kebesaran nama Allah yang disembahnya yaitu Allahnya Abraham, Ishak dan Yakub, Ester bersama pamannya Mordekhai mempertaruhkan hidup mereka demi keselamatan bangsanya, Nehemia mempertaruhkan jabatan dan nyawanya demi membangun kota Yerusalem yang runtuh. 
Dalam Perjanjian Baru, Maria gadis belia yang berani menyerahkan segenap hidupnya demi proyek keselamatan dunia.  
Walau Tuhan sebenarnya juga tidak memerlukan siapa pun dan apa pun, tetapi kalau ada orang dengan kerelaan berusaha untuk menyerahkan hati kepada Tuhan, hal itu menjadi kenikmatan Tuhan. 
Hidup orang-orang seperti inilah yang bisa menyenangkan dan memuaskan hati Tuhan dan dapat menjadi sekutu-Nya. 
Di setiap zaman selalu ada orang-orang yang diajak Tuhan untuk bisa berpikir dan berperasaan seperti Tuhan. 
Mereka dipercayai oleh Tuhan untuk bisa menjadi sahabat yang bergaul dengan Tuhan untuk menjadi sekutu-Nya. 
Pada zaman Nuh, Nuh lah yang ditunjuk Tuhan menjadi sahabat atau teman sekutu-Nya. 
Tuhan tidak mempercayakan pekerjaan penyelamatan dunia waktu itu kepada orang lain. 
Musa dijadikan Tuhan sebagai sekutu-Nya untuk melepaskan bangsa Israel dari perbudakan bangsa Mesir. 
Mari hari ini kita menyediakan diri untuk menjadi sekutu Tuhan.
Tuhan mencari orang-orang yang menyediakan diri untuk menjadi sekutu-Nya yang berani menyerahkan seluruh wilayah hidup-Nya tanpa ada yang disisakan, yang selalu dapat berdiri dipihak Tuhan secara all out hidup bagi kepentingan Tuhan dan kerajaan-Nya dengan tanpa batas.

Sebagai orang percaya yang adalah sekutu Tuhan, kita tidak bisa bersikap netral, dan berdiri diwilayah abu-abu dihadapan Tuhan.
Hari ini kita diperhadapkan dengan dua pilihan, menjadi sahabat Tuhan atau musuh?, menjadi sekutu atau seteru?.
Mari melalui hidup kita hari ini dan seterusnya kita harus selalu dapat menunjukkan dihadapan Tuhan bahwa kita adalah sahabat-sahabat Tuhan yang memberikan segenap hidup kita untuk menjadi sekutu Tuhan yang memberikan segenap hati dan jiwa raga kita hidup bagi Tuhan dan mengabdi kepada kerajaan-Nya dengan tanpa batas.

Roma 14:7-8
7 Sebab tidak ada seorang pun di antara kita yang hidup untuk dirinya sendiri, dan tidak ada seorang pun yang mati untuk dirinya sendiri.
8 Sebab jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, dan jika kita mati, kita mati untuk Tuhan. Jadi baik hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan.

Amin.

Sabtu, 08 Oktober 2016

MEMILIH KAYA DI HADAPAN TUHAN


Lukas 12:20-21
20 Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti?
21 Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah."

Mari kita persoalkan dengan serius apa definisinya kaya itu?, apakah punya harta yang begitu banyaknya, sehingga tidak habis dipakai tujuh turunan?
Kalau seperti itu ukurannya, orang kaya dalam perumpamaan Tuhan Yesus ini benar-benar kaya (Lukas 12:19) namun, mengapa Tuhan Yesus menyebut bahwa orang kaya ini bodoh (Lukas 12:20), dan juga bahwa orang kaya ini "tidak kaya di hadapan Allah" (Lukas 12:21)?
Perumpamaan ini merupakan jawaban Tuhan Yesus atas permintaan seseorang agar Tuhan membela dia mengenai harta warisan.
Tuhan Yesus menolak permintaan itu, sebaliknya mengingatkan bahwa keterikatan pada harta kekayaan itu berbahaya (Lukas 12:15 ; 1Timotius 6:9-10).
Hal ini bisa membuat seseorang tidak kaya dihadapan Tuhan.
Dalam perikop ini kalimat "malam ini juga jiwamu akan diambil" menunjuk orang kaya tersebut tidak memperhitungkan adanya panggilan mendadak yaitu waktu ia harus menghadap Allah Yang Maha Tinggi, meninggalkan semua harta yang telah dikumpulkan dengan susah payah dan mempertanggungjawabkan seluruh isi hidupnya dihadapan Tuhan.

Dalam segala hal kita memang harus berharap dan bergantung kepada Tuhan. Tetapi berharap atas sesuatu yang telah disediakan oleh Tuhan dimana kita harus meraihnya sendiri dan bergantung kepada Tuhan dengan menunggu tindakan-Nya atas sesuatu yang sebenarnya menjadi tanggung jawab kita adalah kesalahan fatal.
Banyak orang terjebak dalam kesalahan ini. Mereka menunggu lawatan Tuhan, jamahan Tuhan, pemulihan, kebangunan rohani atau apa pun namanya demi pendewasaan tetapi mereka tidak memperolehnya, sebab Tuhan sudah memberikan atau menyediakan, dan orang percaya harus meraihnya dengan tindakan nyata atau respon yang memadai.
Inilah tanggung jawab yang harus dipertanggung jawabkan di kekekalan nanti.

Hal pertama yang perlu kita perhatikan adalah, kita harus percaya bahwa setiap hari Tuhan sudah menyediakan “menu” pendewasaan yang pasti akan berdaya guna untuk mengubah hidup kita dari manusia duniawi menjadi manusia Allah/manusia Roh yang dapat berjalan seiring dengan-Nya.
Menu untuk pendewasaan rohani/pendewasaan hidup adalah “berkat kekal”.
Dalam Mazmur 23:5 tertulis:“Engkau menyediakan hidangan bagiku, di hadapan lawanku; Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak; pialaku penuh melimpah.”
Hidangan di ayat ini tentu bukan hidangan jasmani (bukan rumput untuk makanan jasmani) tetapi makanan rohani dalam dimensi Allah untuk dicurahkan bagi pendewasaan hidup kita sebagai anak-anak-Nya.
Hidangan ini lebih jauh bernilai dibanding dengan hidangan untuk pemenuhan kebutuhan jasmani kita.
Untuk ini kita harus benar-benar jeli menangkap segala sesuatu yang Tuhan sediakan tersebut.
Berkat jasmani seharusnya bukan lagi menjadi fokus hidup orang percaya, tetapi berkat kekal/didikan Tuhan melalui hidup kita harus selalu menjadi menu makanan utama dalam hidup kita yaitu pembelajaran tentang bagaimana hidup didalam kehendak Tuhan dan selalu berkenan dihadapan-Nya setiap saat.
Kenyataannya hidup manusia di akhir zaman ini menunjukkan adanya fakta dimana manusia lebih banyak terfokus kepada berburu berkat jasmani dari pada berkat rohani/berkat kekal yang disediakan oleh Tuhan yang kelak akan dibawa pada saat menghadap tahkha pengadilan Kristus.
Orientasi berpikir manusia akhir zaman yang tidak mengenal Allah adalah mereka akan selalu terfokus kepada hal-hal pemenuhan berkat jasmani yang fana, pergumulan hidup mereka tidak lain adalah apa yang hendak kami makan, apa yang hendak kami minum dan kami pakai yang tidak lain adalah hal-hal yang dicari oleh manusia yang tidak mengenal Allah (Matius 6:31:32).
Hal ini bukan berarti kita tidak perlu mempersoalkan berkat jasmani, kita percaya berkat jasmani sudah disediakan Tuhan bagi kita yang selalu mengandalkan Tuhan, meraihnya dengan melakukan bagian kita bekerja dengan rajin dan dengan tanggung jawab, doa dan dengan penuh ucapan syukur.

Bukan hal yang sederhana kalau Tuhan Yesus berkata bahwa manusia hidup bukan hanya dari roti saja tetapi dari setiap Firman yang keluar dari mulut Allah (Matius 4:4).
Firman dalam arti logos tidak boleh berlalu, kita harus dengan tekun belajar dan menerima yang disediakan Tuhan setiap kali ada pertemuan-pertemuan bersama didalam ibadah, apalagi Firman dalam arti Rhema (suara Tuhan/pesan Tuhan yang harus kita kenakan).
Rhema adalah suara Tuhan yang diterima seseorang pada waktu-waktu tertentu berkenaan dengan peristiwa kehidupan yang dijalani.
Dalam waktu yang singkat di hidup ini Tuhan menyediakan rhema-Nya untuk mengubah manusia menjadi manusia Roh yang bisa berjalan seiring dengan pikiran, perasaan dan kehendak-Nya.
Oleh sebab itu betapa berharganya waktu hidup ini.
Ketika seseorang menutup mata, ia dapat menghayati betapa dahsyat dan berharganya waktu hidup ini, sebab di dalamnya Tuhan mau berurusan dengan anak manusia guna menjadikan mereka sebagai anak-anak yang berperilaku sesuai dengan kehendak-Nya.
Kesempatan ini hanya satu kali dan singkat. Ini merupakan anugerah yang tiada taranya.
Tidak menghargai anugerah ini berarti tidak menghargai Tuhan sendiri.

Orang yang dengan tekun memungut manna sorgawi yaitu suara Tuhan yang didapat untuk dikenakan didalam hidup setiap hari akan menjadikan dirinya kaya di hadapan Tuhan, tetapi orang yang ditenggelamkan dengan berbagai urusan pemenuhan kebutuhan jasmani sema-mata akan mati dalam keadaan tidak kaya di hadapan Tuhan.
Jadi sebenarnya inilah alasan Tuhan Yesus mengatakan : kumpulkan bagimu harta di sorga dan bukan harta dibumi, sebab Tuhan sangat mementingkan kekayaan harta sorgawi yang akan dibawa pada saat menghadap tahkta-Nya.
Ini adalah pilihan, kita menjadi kaya di bumi ini atau menjadi kaya di sorga.
Kita tidak bisa menjadi kaya dua-duanya.
Sebab firman Allah berkata " Tak seorang pun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon (Matius 6:24)."
Kalau pun secara duniawi kita kaya, kita harus menggunakan kekayaan itu untuk kepentingan Kerajaan Sorga dan tidak merasa memilikinya.
Orang percaya yang secara finansial berlimpah tidak merasa kaya secara materi sebab ia merasa bahwa semuanya itu milik Tuhan yang harus dikelola secara benar dan bertanggung jawab kepada Tuhan.
Seorang anak Tuhan tidak boleh terikat dengan apapun selain terikat kepada Tuhan.
Orang yang hatinya terikat kepada Tuhan akan selalu berpikir bahwa mutlak dalam penggunaan berkat-Nya harus dalam komando Tuhan, bukan berdasarkan pertimbangan pribadi.
Inilah bendahara-bendahara yang jujur di hadapan Tuhan yang berkatnya adalah mengerti kebenaran dan memiliki hartanya sendiri di Kerajaan Sorga nanti.

Lukas 16:11-13
11 Jadi, jikalau kamu tidak setia dalam hal Mamon yang tidak jujur, siapakah yang akan mempercayakan kepadamu harta yang sesungguhnya?
12 Dan jikalau kamu tidak setia dalam harta orang lain, siapakah yang akan menyerahkan hartamu sendiri kepadamu?
13 Seorang hamba tidak dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon."

Amin.

Jumat, 07 Oktober 2016

PANGGILAN MENJADI UTUSAN TUHAN


Yohanes 20:21
Maka kata Yesus sekali lagi: "Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu."

Allah menulis Dekalog yang dikenal dengan Kesepuluh Firman diatas loh batu (Keluaran 24:12; 31:18; 34:1-4).
Apa maksudnya?
Sebenarnya Tuhan dapat saja menulis diatas papyrus (sejenis kertas pada jaman dulu) atau menggunakan sarana lain.
Di sini Tuhan hendak menunjukkan kasih-Nya kepada manusia.
Dekalog atau Kesepuluh Firman diberikan kepada manusia sebagai wujud kasih-Nya.
Untuk itu hendaknya orang percaya tidak memandang keliru maksud Tuhan memberi hukum-Nya.
Di dalam Dekalog itulah Tuhan menyatakan hakekat-Nya, yaitu watak atau karakter Tuhan.
Ini harus benar-benar dimengerti.
Hukum diberikan Tuhan bagi umat bukan untuk membebani tetapi merupakan rambu-rambu yang menggiring umat kepada hidup keberkatan.
Jadi, kalau Allah menulis surat-Nya dengan jari-Nya sendiri itu untuk menunjukkan kasih Allah yang luar biasa. Ketika seseorang mengirim surat kepada seseorang yang dikasihinya pasti ditulis sendiri dengan tangan sendiri.
Seperti Paulus menulis surat dengan tangannya sendiri untuk menunjukkan cinta kasihnya kepada jemaat Tuhan (1Korintus 16:21; Galatia 6:11; Kolose 4:18; 2Tesalonika 3:17).

Hari ini Tuhan masih menulis surat dengan tangan-Nya sendiri.
Surat itu tidak ditulis di atas kertas, dan juga bukan di atas batu.
Tetapi Ia menulis surat-Nya di atas loh daging manusia yaitu didalam hati manusia (2Korintus 3:1-3).
Itulah sebabnya Tuhan memberikan dan menuliskan Firman-Nya di dalam hati orang percaya.
Tuhan membimbing orang percaya kepada segala kebenaran, agar mereka dapat menjadi surat yang Tuhan tulis kepada dunia.
Kehadiran orang percaya di tengah-tengah masyarakat adalah kehadiran kasih Tuhan, pertolongan Tuhan, firman Tuhan dan penampilan Tuhan sendiri.
Olehnya orang percaya tidak boleh lagi hidup suka-suka sendiri dan menggelar perilaku hidup yang sembarangan sebab selama ia hidup ia membawa reputasi Allah dalam setiap langkahnya.
Itu sebabnya orang percaya harus bertekun belajar Injil setiap hari agar selaras dengan pikiran, perasaan dan kehendak Tuhan dan memberi diri dipimpin oleh Roh Allah untuk selalu hidup ada didalam penurutan kehendak-Nya.
Orang yang tidak memberikan waktunya untuk belajar Injil dengan serius dan bersekutu secara pribadi dengan Tuhan setiap hari tidak akan dapat menjadi saksi Tuhan yang efektif ditengah dunia yang semakin jahat ini.

Tuhan mengasihi dunia ini dengan mengutus orang percaya ke dalam dunia (Matius 10:16; Yohanes 20:21).
Jadi perlu disadari selalu bahwa selama hidup dibumi ini, orang percaya adalah utusan-utusan Tuhan Yesus, duta-duta besar Tuhan yang diutus ke tengah-tengah dunia ini.
Orang percaya hidupnya tidak bisa memuliakan Tuhan jika ia belum dapat menjadi utusan Tuhan.
Maksudnya dapat menjadi saksi Tuhan dalam keselarasan kata-kata dan perbuatan. Tentu perbuatan disini perbuatan yang mengenakan kebenaran Injil-Nya, tindakan yang selalu selaras dengan pikiran dan perasaan Kristus, hasil buah tindakan dari penurutannya terhadap pimpinan Roh Allah dan bukan lagi hidup dalam kehendak diri sesuka hatinya.
Inilah sebenarnya yang dimaksud menjadi saksi yang bisa menggiring seseorang mendapatkan kemerdekaannya didalam Kristus.
Bukan saja dapat bersaksi dengan kata-kata, tetapi menjadi saksi dalam perbuatan.
Ketika lagu pujian yang dinaikan kepada Tuhan pada saat di gereja maupun diwilayah lainnya haruslah dapat dibuktikan dan tercermin dalam tindakan nyata setiap hari yang sesuai dengan isi pujiannya kepada Tuhan.
Jika tidak demikian maka setiap lagu pujian tersebut hanyalah merupakan kamuflase belaka yang tidak berarti sama sekali dan tidak dapat dinikmati dihadapan Tuhan.

Hidup orang percaya adalah hidup yang memuliakan Tuhan Yesus dengan segenap hidupnya.
Hidup orang percaya adalah hidup yang menunjukkan bahwa Tuhan Yesus benar-benar hidup, Ia Juru Selamat, Tuhan yang baik, penuh kasih, kudus dan lain sebagainya.
Hidup orang percaya membawa reputasi Allah. Jadi hendaknya dengan kesadaran penuh hidup orang percaya harus menunjukan kualitas hidup yang unggul sebagai anak-anak Tuhan sebab hidup orang percaya ditunjuk oleh Tuhan menjadi kota yang terletak diatas gunung dimana hidupnya dilihat oleh orang sekitarnya, ia harus menjadi teladan hidup yang berdampak dan dapat dicontoh bagi orang disekitarnya, menjadi yang setia menghidupi nilai-nilai jalan kebenaran yang Tuhan Yesus ajarkan, berangkat dari sini maka nama Tuhan Yesus dipermuliakan.

Kehidupan orang percaya adalah kehidupan yang bersedia menjadi utusan Bapa yang menampilkan pribadi seperti Bapa kita Tuhan Yesus. Inilah kehidupan sejatinya anak-anak Tuhan yang sejati yaitu dipanggil dan diutus oleh Bapa menjadi saksi-Nya ditengah-tengah dunia ini.
Bersaksi bukan hanya dengan kata-kata, tetapi menjadi saksi dalam segala tindakan/perbuatan yang selalu menghidupi jalan kebenaran Injil yang Tuhan Yesus ajarkan.

Amin.

PANGGILAN MENGIKUTI TELADAN TUHAN YESUS


1 Petrus 2:20-21
20 Sebab dapatkah disebut pujian, jika kamu menderita pukulan karena kamu berbuat dosa? Tetapi jika kamu berbuat baik dan karena itu kamu harus menderita, maka itu adalah kasih karunia pada Allah.
21 Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristus pun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya.

Tuhan kita Yesus adalah Allah yang memiliki segala kemuliaan, kekuasaan dan kehormatan sebagai Allah Yang Mahatinggi.
Dialah yang menciptakan bumi ini dengan segala isinya (Yohanes 1:1-3).
Kesediaan meninggalkan takhta kemuliaan-Nya dan memberikan nyawa-Nya bagi keselamatan manusia adalah bukti Dia Allah yang mengasihi manusia secara ekstream, Ia rela kehilangan hak-hak-Nya selama mengenakan 100% tubuh manusia dibumi.
Tuhan Yesus telah memberikan teladan yang sempurna bagaimana hidup dengan kasih itu.
Dalam sejarah kehidupan Tuhan Yesus selama dalam dunia ini dengan memakai tubuh daging seperti manusia, Ia menampilkan kehidupan yang diwarnai dengan penderitaan baik secara fisik maupun psikis, yang semua itu merupakan ekspresi dari kerelaan kehilangan hak-hak-Nya.
Tuhan Yesus merelakan dirinya dihina di antara manusia (Lukas 18:32), hal ini menunjukkan kerelaan-Nya kehilangan hak-hak untuk dihormati.
Ketika Maria mulai mengandung, Yusuf tunangan Maria sudah berprasangka bahwa kehamilan Maria adalah aib.
Itulah sebabnya Yusuf dengan diam-diam hendak meninggalkan Maria (Matius 1:18-19).
Ini berarti tuduhan yang ditujukan kepada bayi yang adalah Yesus adalah “anak haram”.
Dari hal ini, Anak Allah yang akan lahir, bagian dari proses inkarnasi-Nya sudah tidak memiliki kehormatan, padahal Ia adalah pribadi yang paling terhormat. Tentu proses ini sudah ada dalam pengetahuan Tuhan sebelum berinkarnasi.

Dalam perjalanan hidup-Nya selama tiga setengah tahun, Ia juga telah kehilangan segala kehormatan-Nya di mata sebagian besar orang-orang Yahudi demi memberitakan cara hidup didalam kebenaran dan kasih yang sesungguhnya.
Dalam suatu kesempatan Ia dituduh sebagai orang gila (Markus 3:21), juga dituduh menggunakan kuasa Beelzebul dalam mengusir setan (Lukas 11:15). Dengan tuduhan tersebut, maka Yesus telah didakwa sebagai kerasukan setan. Kehormatan-Nya di mata manusia menjadi hancur sama sekali ketika Ia harus menghadapi pengadilan Pilatus, Imam Besar dan Herodes (Matius 26:48-75). Penduduk Yerusalem meneriakkan seruan yang sangat menyakitkan, agar Yesus disalibkan.
Akhirnya Ia disalib dengan tuduhan sebagai penghujat Allah dan penyesat rakyat agar melawan Kaisar.
Ia disalib dengan penilaian publik sebagai penjahat besar dan dipandang sebagai terkutuk (Galatia 3:13).
Dalam hal ini jelas bahwa Ia merelakan kemuliaan-Nya hilang untuk sementara waktu.
Yesus benar-benar rela kehilangan reputasi, harga diri dan prestise demi memberitakan kebenaran dan kasih Allah.
Dalam suatu percakapan Yesus berkata: ”Sebab siapakah yang lebih besar : yang duduk makan, atau yang melayani? Bukankah dia yang duduk makan? Tetapi Aku ada di tengah-tengah kamu sebagai pelayan” (Lukas 22:27).
Dari pernyataan Tuhan Yesus ini jelas sekali menunjukkan bahwa Ia rela kehilangan hak kehormatan yang dimiliki-Nya sebagai Tuhan yang datang dari tempat Yang Mahatinggi.
Ekspresi kerelaan kehilangan hak dihormati manusia juga ditunjukkan dengan tindakan-Nya mencuci kaki murid-murid-Nya dalam suatu perjamuan terakhir sebelum Yesus menghadapi penderitaan-Nya (Yohanes 13).
Tindakan pembasuhan kaki sungguh mengejutkan.
Sikap Tuhan Yesus yang merendahkan diri sedemikian rupa itu, menunjukkan bahwa orang percaya harus mengikuti teladan seperti Dia hidup sebagai seorang hamba yang sempurna melayani tanpa ada motivasi apapun selain untuk memuliakan Allah hidup didalam kasih.

Paulus sebagai model seorang pelayan Tuhan juga telah menunjukkan kerendahan hatinya sebagai pemimpin yang melayani, mengemukakan kesaksian hidupnya bahwa ia rela menjadi hamba bagi semua orang karena Kristus (1Korintus 9:19).
Seseorang yang mau melayani Tuhan dan menjadi berkat bagi orang lain harus rela kehilangan meninggalkan segala milik, hak-hak kesenangan hidup didunia dan memberi diri menjadi hamba yang hidup hanya untuk mengabdikan diri hidup bagi Tuhan dan hidup dalam tuntunan-Nya setiap hari untuk melakukan kehendak-Nya.
Filosofi hidup yang hanya boleh dimiliki didalam diri orang percaya yang melayani-Nya haruslah sama dengan Filosofi hidup Tuhan Yesus yang memberi hidup-Nya hanya untuk melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.
Sikap hati seperti Tuhan Yesus adalah sikap hidup yang harus diteladani oleh setiap pengikut-Nya.
Mereka harus rela kehilangan hak-hak menikmati berbagai yang dianggap sebagai kesenangan hidup dan tidak lagi mencari kehormatan di mata manusia demi tugas yang harus diemban yaitu melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan tugas kehidupan yaitu pengabdiannya untuk hidup melayani bagi kehendak dan kepentingan Tuhan.
Tidak ada sesuatu yang boleh dijadikan nilai lebih dalam kehidupan seorang hamba yang melayani Tuhan Yesus yang oleh karenanya ia merasa memiliki hak untuk hidup membela kepentingan dan kepuasan diri sendiri.

Tuhan Yesus mengatakan : sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang" (Matius 20:28).
Usaha iblis untuk menawarkan segala kesenangan hidup dan segala kehormatan yang ada didalam dunia kepada Tuhan Yesus agar menjadi sosok seperti dirinya pada waktu pencobaan di padang gurun (Lukas 4:5-8) dimentahkan oleh Tuhan Yesus.
Seandainya Tuhan Yesus memikirkan kekayaan, kehormatan dunia dan mengingininya, berarti Ia menyembah iblis, dengan demikian Dia bisa dikalahkan oleh iblis.
Banyak orang Kristen merasa telah mengalahkan iblis dan menjadi pemenang.
Padahal pikiran mereka ada dalam kekuasaan iblis, yaitu ketika mengingini kekayaan atau materi dunia ini sebagai sarana kebahagiaan dan kepuasan untuk mendapat hormat dimata manusia lainnya.
Dalam hal ini harus selalu diingat bahwa medan peperangan adalah pikiran.
Kita harus selalu dalam kesadaran bahwa segala sesuatu yang kita punya tidak lain sebagai sarana untuk mendukung menjadikan pribadi kita terus bertumbuh hingga serupa seperti Kristus, hidup hanya untuk memuliakan nama-Nya.
Seseorang bisa mengalahkan iblis kalau ia tidak memberi kesempatan atau tempat berpijak kepada iblis (Efesus 4:27), khususnya tempat berpijak didalam pikirannya.
Untuk ini seseorang harus sungguh-sungguh mengalami perubahan pikiran terus menerus sehingga dapat memfokuskan diri kepada Tuhan dan Kerajaan-Nya, hidup untuk melaksanakan kehendak-Nya.
Oleh sebab itu pikiran orang percaya jangan sampai disesatkan dari kesetiaan yang sejati kepada Kristus seperti Hawa diperdaya oleh ular (2 Korintus 11:3). Orang percaya tidak boleh berkompromi dengan dunia dan segala macam kesenangan hidup didalamnya.
Bagaimana pun keadaan hidup kita dan dunia di sekitar kita, kita harus tetap memilih Tuhan dan Kerajaan-Nya, hidup hanya untuk menyenangkan Tuhan dan memuaskan hati-Nya.

Target yang Tuhan kehendaki untuk kita capai adalah memiliki pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus (Filipi 2:5-7) dimana setiap langkah kita hidup selalu ada didalam tuntunan dan pimpinan Roh-Nya setiap saat, membawa hidup tidak bercacat, tidak bercela, menggelar kehidupan yang segambar dengan filosofi hidup-Nya.
Jika seseorang berpikir dan berperasaan seperti Tuhan Yesus, pasti ia tidak lagi hidup bagi diri sendiri dan tidak lagi menjadikan dunia sebagai tempat untuk mencari berbagai kesenangan hidup didalamnya.
Dalam hal ini tidak ada cara lain untuk permanen terfokus kepada Tuhan kecuali “mati bagi dunia dan hidup bagi Kristus".
Dan ini berarti kita tidak lagi mengharapkan kehormatan, pangkat, gelar dan fasilitas kesenangan dunia membahagiakan hidup kita, melainkan hanya Tuhan Yesus lah satu-satu yang menjadi kebahagiaan yang sejati didalam hidup kita sebagai orang percaya kepada-Nya.
Orang yang percaya kepada Tuhan Yesus artinya kesediaan memberi hidup mengikuti teladan hidup yang telah Dia berikan, menghidupinya dengan setia, bertekun hidup didalam kebenaran-Nya dan dengan taat hidup didalam tuntunan, pimpinan Roh-Nya.

Yohanes 13:15  sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu.

Amin.