Minggu, 23 Oktober 2016

MEMBUNUH POTENSI BERBUAT DOSA


1 Tesalonika 4:7-8
7 Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus.
8 Karena itu siapa yang menolak ini bukanlah menolak manusia, melainkan menolak Allah yang telah memberikan juga Roh-Nya yang kudus kepada kamu.

Paulus menasehati jemaat Tesalonika agar mereka lebih bersungguh-sungguh lagi melaksanakan hidup yang kudus, berkenan kepada Tuhan, menolak panggilan ini berarti mereka menolak Tuhan.
Ketika setiap kali kita memohon ampun kepada Tuhan atas sesuatu yang dirasakan sebagai suatu kesalahan, maka yang harus dipersoalkan bukan hanya suatu kesalahan yang telah dilakukan tetapi juga keadaan diri yang masih bisa berbuat salah seperti (ketidaktulusan, iri hati, kesombongan terselubung, kebohongan kecil, keramahtamahan yang dibuat-buat, munafik dan lain sebagainya).
Jadi untuk mencapai hidup kudus dan berkenan dihadapan Tuhan kita harus bergumul dengan sangat serius, meminta pimpinan Roh Kudus setiap hari agar kita peka dan dimampukan membuang dan merobohkan potensi diri yang masih bisa untuk berbuat dosa. Memang hal ini adalah hal yang mustahil bagi manusia, tetapi bagi Allah tidak ada yang mustahil (Lukas 1:37).
Jika setiap anak Tuhan meresponi panggilan hidup kudus dihadapan Tuhan maka Roh Tuhan akan senantiasa membimbing mereka yang benar-benar serius mengasihi Tuhan dan memberi diri hidup sesuai dengan panggilan Tuhan ini.
Memang demikian seharusnya orang percaya harus hidup dihadapan Tuhan.

Kesucian hidup dihadapan Tuhan bukan hanya tindakan yang bertentangan dengan kehendak Allah, tetapi keberadaan atau level yang belum seperti yang Tuhan kehendaki. Level itu adalah semakin serupa dengan Tuhan Yesus, hidup seperti Dia hidup.
Kematian Tuhan Yesus di kayu salib menyelesaikan semua akibat dosa yang dilakukan seseorang, tetapi tidak menyelesaikan potensi dosa (hamartia, kemelesetan dari kehendak Allah).
Semua akibat dosa memang telah dipikul Tuhan Yesus.
Tuhan menyelesaikan dengan sempurna di kayu salib, tetapi untuk potensi berbuat dosa kembali dalam kehidupan orang percaya, itu merupakan pilihan dan tanggung jawab masing-masing individu.
Orang yang terpanggil untuk berusaha menyelenggarakan hidup kudus dihadapan Tuhan maka oleh pertolongan Roh Kudus, ia akan di tuntun oleh-Nya kepada segala jalan kebenaran-Nya.
Roh Kudus dihadirkan Tuhan untuk mendidik orang percaya menyelesaikan masalah potensi untuk berbuat dosa, mengikisnya dan membuang semua potensi dosa dalam diri setiap orang percaya untuk kemudian bisa berpikir dan berperasaan seperti Tuhan Yesus, kudus seperti Dia kudus, inilah yang disebut sebagai mengerjakan keselamatan dengan takut dan gentar (Filipi 2:12).
Berpikir dan berperasaan seperti Tuhan Yesus berarti tidak memberi celah sedikit pun terhadap suatu kesalahan baik dari dalam sikap hati maupun perkataan dan perbuatan.
Tuhan Yesus memiliki kesucian yang sangat kokoh, yang akhirnya terbukti ketika Ia taat sampai mati bahkan mati di kayu salib tanpa ada persungutan sedikitpun.
Kekokohan kesucian seperti inilah yang harus dicapai oleh setiap orang percaya. Kita harus merindukan hal ini lebih dari segala hal.
Dengan pengertian ini seseorang akan memahami apa artinya mengalami kehausan dan kelaparan akan kebenaran. Haus dan lapar akan kebenaran di sini maksudnya benar-benar merindukan suatu kehidupan yang mencapai level yang Tuhan Yesus kehendaki atau yang berkenan kepada Allah.
Orang percaya yang demikian ini tidak akan berusaha membangun alasan untuk tidak bisa membangun kehidupan yang kudus dan berkenan dihadapan Tuhan. Baginya kesalahan adalah kesalahan dan itu adalah dosa, tidak ada alasan untuk membelanya dan memakluminya.
Orang seperti ini tidak akan berusaha untuk memiliki nilai diri di hadapan manusia, tetapi ia berusaha untuk mendapat penilaian yang benar di mata Tuhan (2 Korintus 5:9-10).
Dari hal inilah seseorang membangun manusia batiniah yang cemerlang di hadapan Allah.
Inilah usaha untuk mengumpulkan harta di Sorga seperti yang dikemukakan Tuhan Yesus dalam Matius 6:19-20.

Tuhan Yesus akan menuntun kita agar kita menjadi anak-anak yang sah (huios) yang berkeadaan seperti diri-Nya (Ibrani 12:4-9), yang akhirnya kita bisa mengambil bagian dalam kekudusan-Nya (Ibrani 12:9).
Hal inilah yang dimaksudkan oleh Yohanes “supaya mereka menjadi anak-anak Allah”.
Seseorang tidak akan dapat disebut sebagai anak-anak Allah kalau tidak mengambil bagian dalam kekudusan Allah.
Petrus mengkalimatkan hal ini dengan kalimat “mengambil bagian dalam kodrat Ilahi” (2 Petrus1:3-4).
Seseorang dapat disebut sebagai anak-anak Allah kalau mengenakan kodrat Ilahi, luput dari hawa nafsu dunia yang membinasakan.
Setiap kali kita melakukan suatu kesalahan, kita disadarkan bahwa kita masih memiliki “kodrat manusia” yang memuat hawa nafsu dunia yang membinasakan.
Olehnya kita harus memiliki tekad yang kuat untuk masuk kedalam perlombaan yang diwajibkan yaitu membawa hidup semakin serupa dengan Tuhan Yesus.
Perlombaan ini haruslah menjadi satu-satunya kesibukan hidup yang menyita seluruh perhatian dan energi kita.
Hal inilah yang akan mengikis dan membunuh potensi dosa yang ada didalam diri kita.
Inilah persiapan kita masuk kedalam pesta perjamuan kawin Anak Domba, dimana kita sudah berpakaian pesta lengkap dan bersih tanpa bernoda.
Inilah proyek kehidupan yang bisa berdampak kepada kekekalan.
Perlombaan ini hanya dialami oleh orang-orang yang hidupnya memiliki gairah meresponi panggilan Tuhan untuk menyelenggarakan hidup kudus dan berkenan dihadapan-Nya serta dapat menularkannya kepada orang lain, tentu saja mereka kelak akan dimuliakan bersama-sama dengan Tuhan Yesus didalam kerajaan-Nya, yaitu kerajaan kekal yang tidak akan pernah berkesudahan.

1 Petrus 2:21-22
21 Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristus pun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya.
22 Ia tidak berbuat dosa, dan tipu tidak ada dalam mulut-Nya.

Amin.

Sabtu, 22 Oktober 2016

SEMUA HARI ADALAH BAIK


Shallom dan selamat pagi,

"Inilah hari yg dijadikan Tuhan, marilah kita bersorak sorak dan bersukacitalah karenanya!"
Mazmur 118:24

Semua hari adalah baik.

Hari yg baik, minggu yg baik, bulan yg baik atau tahun yg baik, ditentukan oleh sikap hati dan hidup kita.

Mac Anderson dlm bukunya THE NATURE OF SUCCESS, menulis :

"Perbedaan antara sukses dan gagal bukan terletak pada penampilan atau gaya, bukan juga pada pakaian dan bukan pula pada seberapa tinggi tingkat pendidikan anda, tetapi TERLETAK PADA POLA PIKIR ANDA."

Apa yg ada di hati dan pikiran kita akan menciptakan hari2 yg akan kita lalui.

Jika hati kita gembira, maka hari itu berubah menjadi hari yg bahagia.

Sebaliknya jika kita memulai hari dengan bersungut, mengeluh, marah2 maka hari itu berubah menjadi hari putus asa, stress dan penuh penderitaan.

Kitalah sebenarnya yg punya andil menentukan hari itu baik atau malang!

Setiap hari adalah pemberian Tuhan, cara kita mengisinya itulah yg menentukan nasib kita sekarang dan dalam kekekalan.

TIDAK ADA HARI BAIK, NAMUN YG ADA ADALAH TUHAN YG BAIK!

Renungkan dan jadilah bijak.

Selamat beraktifitas, tetap semangat dan salam sukses.

Tuhan Yesus memberkati!

Jumat, 21 Oktober 2016

TUHAN MEMEGANG HARI ESOK


Shallom dan selamat pagi,

"Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang."
Amsal 23:18

Hari esok adalah misteri.

Banyak orang ingin tahu apa yg akan terjadi dlm hidupnya pada hari esok.

Itulah sebabnya ada orang yg bertanya kepada peramal, dukun dan para normal.

Perlukah kita mengetahui hari esok?

Disamping kita tidak akan pernah mendapat jawabannya, kita akan masuk perangkap iblis.

Ketidak tahuan kita akan hari esok bukanlah sesuatu yg perlu kita kuatirkan.

Seharusnya kita yakin bahwa kita memiliki Tuhan yg bertanggung jawab untuk hari esok kita.

RancanganNya atas hidup kita dihari esok tetaplah rancangan damai sejahtera yg memberikan kita hari depan yg penuh harapan.

Kita harus paham bahwa :"Kemuliaan Allah ialah merahasiakan sesuatu."
Amsal 25:2

Jadi berikanlah KEMULIAAN itu kepada Tuhan dengan belajar mempercayakan hidup kita dihari esok kepadaNya.

Bukankah sejak dari kandungan ibu kita, Tuhan telah dan tetap memelihara kita, bahkan sampai hari ini.

APA LAGI YG KITA TAKUTKAN TENTANG HARI ESOK?

Pegang janjiNya : AKU ADALAH ALFA DAN OMEGA", YANG AWAL DAN YANG AKHIR.

Renungkan dan jadilah bijak.

Selamat beraktifitas, tetap semangat dan salam sukses.

Tuhan Yesus memberkati!

Kamis, 20 Oktober 2016

SEGALA PERKARA DAPAT KU TANGGUNG DIDALAM KRISTUS


"Ada waktu untuk menangis, ada waktu untuk tertawa; ada waktu untuk meratap, ada waktu untuk menari."
Pengkhotbah 3:4

Ada orang berpikir, jika benar Tuhan yg mengendalikan segala sesuatu, mengapa hal2 yg buruk tetap terjadi juga dalam dunia ini?

Mengapa Tuhan membiarkan penderitaan menimpa hidup kita?

Penderitaan bisa menimpa siapa saja hanya kadarnya yg berbeda.

Ayub adalah seorang yg saleh dimata Tuhan.

Ia melakukan segala sesuatu seperti yg Tuhan perintahkan.

Suatu hari ia kehilangan segalanya, semua anak2nya, harta bendanya dan bahkan kesehatannya.

Tragedi yg menimpa hidup Ayub menjadi pelajaran yg sangat berharga bagi kita.

Luar biasanya Ayub, dalam penderitaan yg hebat itu, tidak sekalipun Ayub menyalahkan Tuhan.

Ia tidak marah kepada Tuhan, apalagi mengutuki Tuhan.

Malah sebaliknya, ia sangat mempercayai Tuhan.

Ayub menerima semua peristiwa pahit itu,ia merendahkan diri dan menyembah Tuhan.

Ayub mengajarkan kepada kita tidak ada penderitaan yg terlalu berat untuk ditanggung oleh orang yg mempercayakan hidupnya kepada Tuhan.

Selalu ada kekuatan dan ada jalan keluar atas setiap masalah kita.

Kita akan menemukan pengalaman2 yg indah bersama Tuhan saat kita melewati semuanya itu.

Dan pada akhirnya kita akan berkata :
"Segala perkara dapat kutanggung didalam Dia yg memberi kekuatan kepadaku."
Filipi 4:13

Renungkan dan jadilah bijak.

Selamat beraktifitas, tetap semangat dan salam sukses.

Tuhan Yesus memberkati!

Rabu, 19 Oktober 2016

PANGGILAN MENJADI PRAJURIT KRISTUS


2 Timotius 2:3-4
3 Ikutlah menderita sebagai seorang prajurit yang baik dari Kristus Yesus.
4 Seorang prajurit yang sedang berjuang tidak memusingkan dirinya dengan soal-soal penghidupannya, supaya dengan demikian ia berkenan kepada komandannya.

Dalam suratnya, Paulus menasehati Timotius untuk menjadi prajurit yang baik yang berjuang hidup bagi kepentingan Kristus.
Prajurit artinya orang yang bertugas sebagai abdi suatu negara atau kerajaan untuk membela kepentingan suatu negara atau kerajaan dalam peperangan.
Orang percaya yang hidupnya memilih Tuhan, ia akan  di didik dan di dewasakan sampai pada taraf dapat dipercayai Tuhan menjadi prajurit-Nya.
Tentu saja menjadi prajurit Kristus merupakan panggilan yang harus diresponi oleh setiap umat pilihan, bagi yang tidak dengan segenap hati meresponnya maka ia bukan termasuk prajurit Kristus yang berkenan kepada komandannya.
Orang yang menjadi prajurit Kristus memiliki kesadaran bahwa dirinya adalah prajurit Tuhan dan berusaha untuk menemukan tempat untuk berjuang bagi kepentingan-Nya dengan pertaruhan yang tidak terbatas.
Ciri prajurit yang baik adalah setiap waktu selalu ada di dalam perjuangan melakukan kehendak Tuhan, hidup didalam rencana-Nya dan tidak memusingkan dirinya dengan soal-soal penghidupannya, serta berusaha untuk bisa berkenan kepada komandannya (2 Timotius 2:4).
Pertanyaan pertama yang kita ajukan kepada diri sendiri adalah perjuangan apakah yang sedang kita lakukan sekarang?
Apakah kita sedang berjuang dalam perjuangan untuk kepentingan Kerajaan Allah atau tidak?
Betapa terhormat dan membanggakan kalau kita mengerti dan dipercayai Bapa untuk mengabdikan diri kita berjuang demi kepentingan Kerajaan Bapa di Sorga.
Tetapi sayang sekali, sangat sedikit orang mau menerima panggilan terhormat ini.

Dalam Lukas 14:15-26 Tuhan mengemukakan perumpamaan tentang orang-orang yang suka berdalih dan banyak alasan, dalam perumpamaan ini Tuhan Yesus hendak membongkar kepalsuan orang-orang yang merasa dirinya adalah umat Allah, tetapi sesungguhnya tidak memberi respons yang sepadan dengan keumatan yang sejati.
Umat pilihan yang diumpamakan sebagai para undangan yang seharusnya orang yang wajib pertama kali menghadiri undangan dari Tuhan ternyata memberikan respons yang mengecewakan terhadap Tuan Rumah yang telah mengundangnya, mereka berdalih dengan kesibukan dan segala keperluan kepentingan pribadinya.
Pada umumnya orang-orang yang suka berdalih seperti ini berjuang hanya untuk kepentingan kerajaannya sendiri.
Kalau adapun yang ia perjuangkan untuk kepentingan pekerjaan Tuhan atau Kerajaan Allah, mereka hanya memberikan dukungan ala kadarnya.
Orang-orang seperti ini bukanlah prajurit Kristus yang sejati tetapi penonton atau supporter yang berdiri di wilayah abu-abu.

Seharusnya semua orang percaya hanya hidup untuk kepentingan Kerajaan Allah (2 Korintus 5:15), sebab seseorang yang ditebus oleh darah Tuhan Yesus harus terlibat dalam perjuangan bagi kepentingan Kerajaan Allah.
Orang percaya yang memilih Tuhan dan berdiri dipihak-Nya pasti selalu sedang ada dalam perjuangan bagi kepentingan Kerajaan Allah.
Harus dicatat dalam hal ini bahwa tidak pernah ada “genjatan sejata” melawan kuasa kegelapan, sebab selama bumi berputar dimana iblis belum dihukum selalu ada peperangan melawan oknum ini.
Kalau seseorang tidak sedang berjuang untuk kepentingan Kerajaan Allah berarti ia sedang ada dalam posisi di luar jalur.
Tentu orang yang diluar jalur ini adalah orang-orang yang sama artinya berdiri dipihak oknum si jahat yaitu iblis.
Dalam kehidupan orang percaya tidak ada wilayah dimana kita tidak hidup untuk kepentingan Kerajaan Allah.
Firman Tuhan berkata: “Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah” (1 Korintus 10:31).
Dalam ayat ini Paulus hendak mengajak orang Kristen di Korintus, untuk tidak hidup dalam perjuangan yang mementingkan diri sendiri, tetapi sebaliknya Paulus mengajak umat untuk berjuang dan memperdulikan kepentingan sesamanya yang semuanya itu dalam segala sesuatu dilakukan bagi kemuliaan Allah.

Pernyataan Paulus ini juga harus mendapatkan perhatian kita, orang-orang Kristen yang hidup diakhir zaman ini. Sebagai prajurit Kristus yang sejati kita harus mengorbankan kepentingan diri kita untuk kepentingan Tuhan dan Kerajaan-Nya agar kita terus berkenan kepada Komandan Agung kita Tuhan Yesus Kristus.
Hidup seperti demikianlah yang Paulus inginkan dilakukan jemaat Tuhan di Korintus dan semua umat Kristen dimasa ini sehingga hidup kita sebagai prajurit Kristus dapat menjadi berkat bagi banyak orang.
Sebagai laskar-laskar Kristus yang sejati hendaknya kita tidak lagi hidup untuk diri sendiri tetapi hidup untuk Kristus yang telah mati bagi kita, hanya untuk Dia lah kita mengabdikan hidup ini dengan tiada batas.

Roma 14:8  Sebab jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, dan jika kita mati, kita mati untuk Tuhan. Jadi baik hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan.

Amin.

Selasa, 18 Oktober 2016

TETAP BERINTEGRITAS SEBAGAI ANAK-ANAK ALLAH


Lukas 17:26-27
26 Dan sama seperti terjadi pada zaman Nuh, demikian pulalah halnya kelak pada hari-hari Anak Manusia:
27 mereka makan dan minum, mereka kawin dan dikawinkan, sampai kepada hari Nuh masuk ke dalam bahtera, lalu datanglah air bah dan membinasakan mereka semua.

Integritas hidup sebagai anak-anak Allah hendak menunjuk keutuhan dan konsistensi irama hidup yang dalam segala tindakan seseorang tetap memegang prinsip-prinsip kebenaran Injil yang Tuhan Yesus ajarkan.
Dalam integritas ini terkandung makna keteguhan hati yang tidak tergoyahkan untuk hidup sesuai dengan kekudusan, kebenaran dalam perilaku sikap hati, perkataan dan perbuatan seperti yang telah diperagakan oleh Tuhan Yesus.
Dalam pengajaran-Nya, Tuhan Yesus menyinggung nama Nuh.
Ia mengungkapkan bahwa hari-hari kedatangan-Nya kelak sama seperti pada zaman Nuh: manusia makan dan minum, kawin dan dikawinkan, sampai kepada hari Nuh masuk ke dalam bahtera, lalu datanglah air bah dan membinasakan mereka semua.
Dalam pernyataan Yesus di sini ada dua hal yang ingin disampaikan-Nya.

Pertama, Ia hendak menunjukkan bahwa keadaan dunia sebelum berakhir adalah keadaan dunia yang manusianya sama seperti keadaan dunia pada zaman Nuh. Manusia sibuk dengan segala kegiatan rutin menyangkut pemenuhan kebutuhan jasmaninya, sampai tidak sadar bahwa dunia akan berakhir.
Karena sudah hanyut dengan berbagai rutinitas kehidupan untuk mencari kepuasan duniawi, maka banyak orang tidak sadar kalau umur mereka berjalan terus sampai kepada titik akhir.
Akhirnya mereka terhilang dalam kegelapan abadi.

Kedua, Tuhan menghendaki agar kita tetap teguh dalam integritas seperti Nuh. Sekalipun dunia sekitarnya tidak mengerti “dunia Nuh”, tetapi ia tetap pada jalur yang dikehendaki Tuhan untuk dijalaninya.
Tuhan menghendaki setiap umat pilihan tidak terpengaruh oleh lingkungannya, dan tidak turut hanyut dengan pola rutinitas dunia sekitarnya, ia tetap pada integritas sebagai anak-anak Allah yang menyembah Bapa dalam Roh dan Kebenaran, segala tindakannya setiap waktu selalu ada dalam penurutan terhadap kehendak Tuhan, didalam hidupnya selalu ada dalam pemerintahan Tuhan Yesus yang memerintah sebagai Tuhan dan Raja atas hidupnya.

Setelah mengatakan tentang keadaan dunia akhir zaman yang seperti di zaman Nuh, Tuhan Yesus juga menceritakan perumpamaan mengenai janda yang ngotot agar permintaannya diluluskan oleh hakim yang lalim (Lukas 18:1–8).
Yang Tuhan Yesus ajarkan dalam perumpamaan ini adalah kita harus menjaga integritas yaitu : gigih dalam memperjuangkan segala sesuatu yang ditujukan bagi kepentingan dan kemuliaan Tuhan, dan terus setia kepada Tuhan sekalipun dalam keadaan sulit dan mustahil, seperti saat si janda menghadapi hakim yang lalim itu.
Olehnya diakhir perumpaan ini Tuhan Yesus berfirman, “Jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia mendapati iman di bumi?” (Lukas 18:8).
Iman seperti apa yang ingin Tuhan Yesus dapatkan di bumi pada waktu kedatangan-Nya? Tentu iman yang murni, yaitu kehidupan anak Tuhan yang melakukan kehendak-Nya dengan berintegritas seperti Nuh, yang tetap setia hidup dalam kebenaran-Nya walau dunia sekitarnya  menawarkan pengaruh yang jahat untuk menarik supaya melakukan perbuatan daging yang berujung dosa.

Dikatakan Anak Tuhan yang beriman adalah jika ia tetap dalam integritasnnya sebagai anak-anak Tuhan yang senantiasa hidup dalam segala penurutan segala kehendak Tuhan, tetap memegang prinsip-prinsip kebenaran hidup yang Tuhan Yesus ajarkan, selalu setia memikul beban memikirkan dan mengerjakan perkara-perkara diatas, menanamkan hatinya didalam kerajaan sorga, sekalipun dunia sekitarnya menawarkan kesempatan untuk meraih kesenangan-kesenangan hidup sebanyak-banyaknya untuk kepuasan diri yang setiap saat bisa mendesaknya supaya mengikuti pola arus hidup yang berasal dari dalam dunia ini.

2 Timotius 3:14-15
14 Tetapi hendaklah engkau tetap berpegang pada kebenaran yang telah engkau terima dan engkau yakini, dengan selalu mengingat orang yang telah mengajarkannya kepadamu.
15 Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus.

Amin.

Senin, 17 Oktober 2016

MENGENAL ARTI PENTING MELAKUKAN KEHENDAK BAPA


Matius 7:21-23
21 Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.
22 Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga?
23 Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!"

Mengakuan orang percaya bahwa Tuhan Yesus adalah Tuhan pemilik kehidupan, haruslah disertai dengan kehidupan yang melakukan kehendak Bapa sebab seorang yang tidak melakukan kehendak Bapa berarti belum menerima Yesus sebagai Tuhan. 
Orang-orang yang tidak melakukan kehendak Bapa akan di tolak oleh Tuhan Yesus dengan tidak memandang bulu apakah ia adalah orang yang sudah bernubuat, mengusir setan dan mengadakan mujizat demi nama-Nya. 
Jika Tuhan tidak menemukan ia melakukan kehendak Bapa dengan bertekun maka ia adalah orang-orang yang akan tertolak dan dihukum bersama-sama dengan iblis.

Dalam Yohanes 4:34, Tuhan Yesus mengajar kepada kita melakukan kehendak Bapa adalah sebagai irama hidup orang percaya yang tidak boleh berhenti sampai kapanpun.
Dalam pernyataan-Nya Tuhan Yesus mengemukakan rahasia tersebut: “Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya. 
Inilah cara yang benar untuk menyukakan hati-Nya. 
Melakukan kehendak Bapa ini adalah hal yang sangat mutlak, sebab hanya orang yang melakukan kehendak Bapa yang dikenal oleh Tuhan Yesus dan diperkenan masuk ke dalam Kerajaan Allah sebagai anggota keluarga-Nya. 
Mereka adalah orang-orang yang menjadi mempelai dan kekasih Tuhan Yesus, dipermuliakan bersama-sama dengan Tuhan Yesus di dalam kerajaan-Nya.

Masalahnya adalah apa yang dimaksud dengan kehendak Bapa itu? Kehendak Bapa lebih dari sekadar melakukan hukum-hukum, tidak cukup pergi ke gereja seminggu sekali, tidak cukup membayar perpuluhan tiap bulan, tidak cukup hanya menjadi orang yang baik ( Matius 19:16-26).
Kehendak Bapa adalah segala sesuatu yang Bapa inginkan untuk dilakukan oleh seseorang setiap hari, baik yang sudah termuat didalam Injil pengajaran Tuhan Yesus maupun melalui pimpinan kehendak Roh Kudus setiap hari.   
Kehendak Bapa dalam kehidupan masing-masing orang itu berbeda-beda, karena masing-masing orang memiliki keberadaan yang berbeda dan rancangan Allah yang berbeda-beda pula sesuai dengan kehendak-Nya. 
Olehnya masing-masing orang harus senantiasa bertekun menggali kebenaran Injil secara memadai setiap hari dan menyediakan waktu khusus untuk bertemu dengan Tuhan secara pribadi guna bergumul untuk menemukan rencana dan kehendak Bapa untuk dilakukan didalam hidupnya.
Kehendak Bapa harus ditemukan setiap hari dan dilakukan setiap hari sebagai makanan pokok dan menu utama sehari-hari dan hal ini mutlak harus dapat kita penuhi. 
Inilah orang-orang yang memiliki hubungan yang eksklusif yang selalu berjalan dengan Tuhan dan menjadi sahabat-Nya.
Orang-orang yang melakukan kehendak Bapa adalah orang-orang yang dalam seluruh tindakannya sepikiran dengan Tuhan Yesus.

Dalam Yohanes 4:34 kata "makanan-Ku" dalam teks aslinya adalah broma yang bisa berarti (makanan utama atau makanan padat), bukan semacam makanan ringan. 
Melakukan kehendak Allah Bapa adalah segalanya (bukan kegiatan sampingan), mutlak harus dilakukan sampai seseorang yakin atau sadar bahwa dirinya pantas mendapat pujian dari Tuhan sebagai anak yang berkenan kepada-Nya.
Melakukan kehendak Bapa harus didasari pada kecintaan yang tulus kepada-Nya. Bukan karena mendapat upah atau jasa. Bila kita melakukan segala sesuatu karena upah berarti sebenarnya kita belum mengasihi Tuhan dengan segenap hati. 
Melakukan kehendak Bapa harus menjadi kodrat atau nature diri yang mendorong dari dalam diri kita sebagai kebutuhan, seperti makan dan minum. 
Setelah melakukan kehendak Bapa, bagian kedua yang terpenting adalah menyelesaikan pekerjaan-Nya dengan sempurna, ini juga merupakan bagian terpenting yang harus selalu kita lakukan untuk memuaskan hati Bapa. 
Berkenaan mengenai pekerjaan Bapa yang harus kita lakukan dan harus kita selesaikan ini, maka dalam hal ini dapat dibagi beberapa dimensi antara lain :

Dimensi pertama, menyelamatkan orang-orang yang belum mengenal kebenaran Injil Kristus.
Kita harus dapat menampilkan kehidupan yang bisa menampilkan kasih Kristus, kepedulian terhadap sesama dan memperkenalkan pribadi Kristus dengan menjadi surat terbuka ditengah-tengah kehidupan mereka.
Kedua, menyelamatkan orang percaya yang sudah mendengar Injil namun masih menggelar hidup didalam kegelapan. Mereka harus diupayakan untuk menjadi orang suci dan saleh seperti Tuhan Yesus. Kasalehan dapat mensahkan mereka sebagai anak-anak Allah yang layak disebut sebagai mempelai Kristus yang tidak bercacat dan tidak bernoda. 
Untuk itu kita harus memberitakan Injil sampai ke ujung bumi guna menemukan umat pilihan yang dapat diajak dan diajarkan menjadi murid Tuhan Yesus yang berkarakter seperti Kristus.
Hal inilah yang dimaksud oleh Petrus orang percaya dapat mempercepat kedatangan Tuhan Yesus (2 Petrus 3:11-13).
Setelah jumlah orang-orang saleh seperti Tuhan Yesus yang tidak mengasihi nyawanya genap jumlahnya atau cukup atau memenuhi kuota, maka iblis dapat dihukum (Wahyu 12:11 ; Wahyu 6:10-11), inilah akhir dari pertualangan pekerjaan iblis dibumi ini, kekalahan iblis ini berarti juga berakhirnya sejarah dunia melalui kedatangan Tuhan Yesus Kristus yang kedua.

Dengan demikian dalam Matius 7:21-23 dapatlah dirumuskan bahwa orang yang disebut percaya kepada Tuhan Yesus adalah orang yang hidupnya bertekun melakukan kehendak Bapa. 
Bukanlah keselamatan jika tidak melakukan kehendak Bapa. 
Dalam hal ini keselamatan dapat terealisir dalam kehidupan manusia bukan tanpa syarat. 
Anugerah yang Tuhan Yesus berikan tidak meniadakan syarat untuk masuk Kerajaan Tuhan. 
Anugerah bukan berarti semua dikerjakan oleh Tuhan seluruhnya dan manusia hanya diam seperti boneka yang tidak perlu meresponi karya keselamatan-Nya. 
Orang yang tidak melakukan kehendak Bapa berarti menolak keselamatan atau tidak mau mengakui bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan.
Olehnya hari-hari ini mari kita semakin intim membangun hubungan yang harmonis dengan Tuhan setiap hari, terus isi bejana hati kita dengan kebenaran Firman Tuhan dan temukan kehendak-Nya untuk kita lakukan dengan hidup didalam pimpinan Roh-Nya setiap waktu. 
Untuk itu berapa pun harga untuk mengerti dan peka terhadap kehendak-Nya, harus selalu kita perjuangkan. 
Kesediaan dan kerelaan membayar harga untuk menyalibkan kesenangan daging demi memiliki Kristus seutuhnya haruslah menjadi irama hidup kita.
Dengan demikian kita adalah orang-orang yang siap mempertaruhkan hidup kita untuk hidup bagi Tuhan, siap melaksanakan segala kehendak-Nya dengan bertekun.
Dan bagi kita, hidup bagi Tuhan bukan lagi kewajiban, tetapi kehormatan dan kesukaan yang besar bahkan melebihi nyawa kita sendiri.

Efesus 5:15-17
15 Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif,
16 dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat.  
17 Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan. 

Amin.